Rabu, 16 September 2015

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM


Ilmu Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas , karena didalamnya penuh dengan segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Historis dan Filosofis Pendidikan Islam
Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya slam ke Indonesia. Pada tahap awal Pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara mubaligh (pendidik) dengan peserta didiknya, setelah komunitas muslim daerah terbentuk di suatu daerah tersebut tentu mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul di samping rumah tempat kediaman  ulama atau muibaligh.
Setelah itu muncullah lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, mushola ataupun surau. Nama – nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan. Perbedaan nama itu adalah dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Perkataan pesantren popular di masyarakat Jawa, Rangkang, Dayah di Aceh, dan Surau di Sumatera Barat.
Inti dari materi pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu keagamaan yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik adalh menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya ilmu kegamaan seseorang.
Sesuai dengan gencarnya pembaharuan pemikiran Islam yang dicanangakan oleh Pembaharu Muslim di berbagai Negara- Mesir, India, Turki- sampai juga gaung pembaharuan itu ke Indonesia. Salah satu aspeknya adalah munculnya pembaharuan Pendidikan Islam.
Di awal abad dua puluh muncullah ide-ide pembaharuan opendidikan di Indonesia, ide ini muncul disebabkan sudah mulai banyak orang yang tidak puas dengan system pendidikan yang berlaku saat itu. Karenanya ada beberapa sisi yang perlu diperbaharui, yakni dari segi isi (materi), metode, system dan manajemen.
Dari perjalanan histories tersebut terlihat adanya dinamika dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia. Ada 3 lembaga pendidikan yang telah muncul sejak awal awal ke 20. Pertama Pesantren, kedua Sekolah, ketiga madrasah.
Pesantren telah mengalami dinamika hingga sekarang, sejak dari pesantren Tradisional sampai ke pesantren Modern, sekolah sejak dari tidak diajarkannya pelajaran agama disekolah, pada zaman colonial Belanda , sampai dimasukkannya Pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri dan swasta setelah Indonesia merdeka. Madrasah yang pada mulanya penekanannya dalam bidang-bidang ilmu agama dan hanya berkiprah dilingkungan Departemen Agama saja, sampai kepada ditetapkannya madrasah sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam, yang kedudukannya sama dengan sekolah.
Tujuan Pendidikan Islam
Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan Pendidikan Islam itu dilakukan. Maksudnya pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut. Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam ialah al-qur’an dan al Hadits. Sedangkan tujuan pendidikan Islam yaitu arah kemana anak didik ini akan dibawa. Secara ringkas, Tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia (dewasa) muslim yang taqwa kepada Allah swt atau secara ringkas, kepribadian muslim.
Visi pendidikan Islam    di sekolah” terbentuknya sosok anak didik yang mempunyai karakter, watak dan kepribadian dengan landasan iman dan ketaqwaan serta nilai-niali akhlaq atau budi pekertiyang kokoh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan prilaku sehari-hari, untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukan kekuatan bangsa”.
Menurut Imam Ghazali, Tujuan Pendidikan yaitu pembentukan insani paripurna , baik di dunia maupun di akhirat.Dengan mengamalkan fadhilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
Tujuan-tujuan individual yang ingin dicapai oleh Pendidikian Islam secara keseluruhan  berkisar pada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan pada segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Dan hakikatnya adalah pengabdian kepada Allah swt.
Qs. Al-Anbiya ;25:
ﻭﻤﺎ ﺃﺮﺴﻠﻨﺎ ﻤﻦﻗﺑﻠﻚ ﻤﻦﺮﺴﻭﻞ  ﺇﻻ ﻨﻭﺤﻲ ﺇﻠﻴﻪ  ﺃﻨﻪ ﻻﺇﻠﻪ  ﺇﻻﺃﻨﺎ ﻓﺎﻋﺒﺪﻭﻦ.( ﺍﻷﻨﺒﻴﺎﺀ  )۲۵
“ Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelummu, melainkan kami mewahyukan kepadanya, bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Aku. Maka mengabdillah kalian kepada-ku. (Surah Al-Anbiya ayat 25)
Kurikulum dan  Proses Belajar-Mengajar
Materi Pendidikan Islam yaitu bahan-bahan atau pengalaman pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa ( dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Dalam Pendidikan Islam materi pendidikan ini sering disebut dengan istilah maddatuttarbiyah.
Isi kurukulum didasarkan pada kebutuhan peserta didik secara realistis dan disajikan dalam pengalaman, yang dapat berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas, dengan metode pemecahan masalah. Kondisi ini melahirkan ciri khusus progresivisme, yaitu disamping child-centered sekaligus society centered.
Kurikulum  dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Pokok-pokok materi kurikulum Pendidikan agama Islam:
1.     Hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan vertical antara insane dengan kholiqnya mendapatkan prioritas pertama dalam penyusunan kurikulum ini karena pokok ajaran inilah yang pertama-pertama perlu ditanamkan terhadap anak didik. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam manusia dengan Allah ini mencakup segi keimanan, rukun islam dan ihsan. Termasuk didalamnya membaca dan menulis Al-qur’an.
2.     Hubungan manusia dengan manusia.Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya, sebagai pokok ajaran agama Islam yang penting, ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini.
3.     Hubungan manusia dengan alam.Agama Islam banyak mengajarkan tentang alam sekitar  dan manusia yang diberi mandat oleh Allah swt sebagai kholifah di muka bumi.
Prinsip- prinsip kurikulum pendidikan Islam.
Prof. H.M. Arifin M.Ed., mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada waktu penyusunan kurikulum mencakup 4 macam, yaitu:
1.     Sejalan dengan idealisme Islami
2.     berfungsi sebagai alat  yang efektif mencapai tujuan.
3.     Diproses melalu metode yang sesuai denagn nilai Pendidikan Islam
4.     Saling berkaitan antara kurikulum, metode dan tujuan Pendidikan Islam.
Ruang lingkup materi Pendidikan Islam yang ada di sekolah sekarang pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsure, yaitu: Al-qur’an, keimanan, akhlaq, fiqh dan bimbingan ibadah, serta Tarikh Islam.
Kurikulum yang telah dirancang dengan baik akan terlaksana apabila digunakan dalam Proses Belajar Mengajar yang sesuai dengan Tarbiyah Islamiyah. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah sebagaimana dalam Alquran surat An-Nahl ; 125;
Yaitu ketika mendidik atau menyeru manusia dalam hal ini peserta didik dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dengan metode pembelajaran yang disesuaikan dan efektif dan keteladanan  pendidik yang dapat  diserap dan diaplikasikan oleh peserta didik.
Sebagaimana menurut An-Nahlawi, metode  dalam prosem pembelajaran untuk menanamkan rasa iman adalah:
1.     metode hiwar
2.     metode kisah qur’ani dan nabawi
3.     metode amsal/ perumpamaan
4.     metode keteladanan
5.     metode pembiasan
6.     metode ibrah dan mauidzah
7.     metode targig dan tarhib
Alat dan Lingkungan Pendidikan Islam.
Prof. Abuddin Nata dalam prediksinya bahwa kekuatan Pendidikan Islam harus memiliki tiga kekuatan yang seimbang:
1.     Dalam Sumber Daya Manusia
2.     Kekuatan dalam bidang manajemen dan kinerja yang didukung oleh peralatan tekhnologi canggih
3.     dalam bidang dana .
Dalam hal ini alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan Pendidikan Islam. Alat dapat mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun dan membimbing anan, termasuk metode.
Metode sebagai alat pendidikan hendaknya berdasarkan pada prinsip:
1.     memudahkan dan tidak mempersulit
2.     menggembirakan dan tidak menyusahkan
3.     memiliki kesatuan pandangan
Keberhasilan Pendidikan Islam pun sangat dipengaruhi dengan lingkungan (milieu) yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi  perkembangannya.
Maka lingkungan merupakan salah satu factor pendidikan.
Lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga macam dilihat dari segi pengaruhnya bagi peserta didik, yaitu:
1.     pengaruh lingkungan positif
2.     pengaruh lingkungan negative
3.     lingkungan netral
Pengaruh-pengaruh itu dapat terbangun dari berbagai lembaga yang dilalui
anak dalam kehidupannya, pertama adalah keluarga sebagai madrosatul-ula, sekolah, tempat ibadah dan masyarakat. Dan kesemuanya akan mempengaruhi dalam pembentukan pribadi dan karakter manusia.
KESIMPULAN
Sebelum menyimpulkan tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam, kami menganalisa bahwa:
1.     Adanya Kompleksivitas  Ruang Lingkup Pendidikan Islam yang harus  disederhanakan agar lebih efektif disesuaikan dengan kebutuhan.
2.     Kurikulum menurut essensialisme, hendaknya kaya akan isi dan sesuai dengan zaman. Selain itu, kurikulum hendaknya mempertimbangkan factor-faktor psikologis, pembentukan watak, disiplin dan pengawasan.
3.     Dalam materi Pendidikan Islam pada kurikulum yang ada kurang sekali disampaikan pendekatan ayat-ayat kauniyah yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu padahal al-qur’an meliputi segala ilmu didalamnya termasuk masalah social, dudaya, politik, ekonomi, sains, tekhnologi dan isu-isu terkini yang terjadi di sekitar kita.
4.      Orientasi yang bertujuan  pada materi, yang hal ini pun menjadi orientasi orang tua ketika memasukkan anaknya ke berbagai sekolah.
Maka kesimpulannya, semua komponen ruang lingkup Pendidikan
Islam hendaknya  dapat terlaksana seiring sejalan sesuai dengan tujuan  Pendidikan Islam.
Semua faktor pendidikan Islam sangat penting dalam mewujudkan peserta didik sebagai manusia yang cerdas dan berpegang teguh pada keimanan dan ketaqwaan di  era sekarang yang penuah dengan perubahan dan multi cultural.
Kerja sama semua pihak baik dari guru sebagai pendidik, peserta didik dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan diri menghadapi segaal kemungkinan kondisi individu atau social.
Dalam Pendidiakan Islam, semua unsur yang ada pada ruang lingkupnya kembali dan bersumber kepada Alquran dan Hadits dengan kajian yang objektif, kondusif, jujur dan komprehensif.
Terakhir, sebagi renungan dan motivasi saya ingin menyampaikan Hadits Qudsi  Allah Ta’ala berkata ” AKU heran  dengan orang yang pandai lisannya, tetapi bodoh hatinya. AKU heran dengan orang yang bersuci dengan air tetapi tidak suci hatinya. AKU heran dengan orang yang sibuk dengan aib manusia lain sehingga lalai dengan aib sendiri dan sadar  bahwa Allah mengetahui (gerak-geriknya) . Na’udzu billah min dzalik…
DAFTAR PUSTAKA
1.     Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.Alqur’an dan terjemahnya. Surabaya: Karya Agung
2.     Sudiyono, Drs.H.M,2009. Ilmu Pendidikan Islam. Rineka Cipta. Jakarta
3.     Nata, prof. Abuddin, 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Grasindo
4.     Daulay, Prof. Dr. H. Haidar Putra, 2004.Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media
5.     Muhaimin, Drs. M.A, 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
6.     Syafi’ie, Imam, 2000. Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Alquran, Yogyakarta: UII Press.
7.     Ancok, Dr. Djamaludin, 1994. Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
8.     Al-Ghazzali, Imam, 2007. Kumpulan Hadis Qudsi, Solo: Pustaka Zawiyah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar