METODE-METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL QUR'AN
DAN AL HADITS
A. Metode-Metode
Pendidikan Islam Dalam Al Qur'an
1. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswahyang
kemdian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanahyang
berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah yang
berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang
sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW, Nabi Ibrahim dan
kaum yang beriman teguh kepada Allah. Firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab :
لقد كان لكم في رسو ل الله اسوة حسنة
“Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat
menemukan teladan yang baik” (Q.S.al-Ahzab:21)
Muhammad Quthb, misalnya mengisyaratkan bahwa di dalam
diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam,
suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode
ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang trpenting adalah akhlak yang
termasuk dalam kawasan aektif yang terwujud dalam tingkah laku(behavioral).
2. Metode
Kisah-Kisah
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat,
yaitu surat al-Qasash yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata
kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Menurut Quraish Shihab bahwa
dalam mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-segan untuk menceritakan
“kelemahan manusiawi”. Namun, hal tersebut digambarkanya sebagaimana adanya,
tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang rangsangan. Kisah tersebut
biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan
melukiskan saat kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.
Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat
al-Qashash ayat 76-81. Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui
bahwa kekayaan yang diperolehnya adalah berkat kerja keras dan usahanya
sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan
yang dimilkinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaanya. Orang-orang yang
tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah memperoleh
keberuntungan yang langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut
adalah mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan
lupa diri, takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang tidak
disukai oleh Allah.
Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat
alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar terhadap
perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan
salah satu tehnik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis cerita sejarah
factual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar
kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut(jika
kisah itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa
diterapkan kapan dan disaat apapun.
3. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang
menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah
yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang disampaikannya
ini selalu dengan teladan dari I pemberi atau penyampai nasihat itu. Ini
menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan metode lain yang
dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.
Didalam al-Qur’an, kata-kata yang menerangkan tentang
nasihat diulang sebnyak 13 kali yang tersebut dalam 13 ayat didalam tujuh surat.
Diantara ayat-ayat tersebut berkaitan dengan para Nabi terhadap umatnya. Salah
satunya contoh nasihat Nabi Saleh kepada kaumnya, dalam firman Allah:
وتولي عنهم
وقال يا قومي لقد ابلغتكم رسالة ربي ونصحت لكم ولكن لا تحبون الناصحين
“Maka berpaling dari mereka dan (Nabi Saleh)
berkata:”hai kaumku aku telah menyampaikan kepadamu amanat dari Tuhanku, dan
aku telah memberimu nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang
yangmemberi nasihat.”(Q.S. al-‘Araf:79)
4. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan
dalam menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan.
Metode ceramah sering disandingkan dengan katakhutbah. Dalam
al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada yang
berpendapat metode ceramah ini dekat dengan katatablih,yaitu
menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut memiliki makna
yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.
Pada masa lalu hingga sekarang metode ini masih sering
digunakan, bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan
tetapi bedanya terkadang metode ini di campur dengan metode lain. Karena
kekurangan metode ini adalah jika sang penceramh tidak mampu mewakili atau
menyampaikan ajaran yang semestinya haus disampaikan maka metode ini berarti
kurang efektif. Apalagi tidak semua guru atau pendidik memiliki suara yang
keras dan konsisten, sehingga jika menggunakan metode ceramah saja maka metode
ini seperti hambar.
Didalam al-Qur’an kata tabligh lebih
banyak digunakan daripada kata khutbah, al-Qur’an mengulang kata tabligh sebanyak
78 kali. Salah satunya adalah dalam surat Yaasin ayat 17, yang artinya
berbunyi;
وما علينا الا البلا غ المبين
“Dan kewajiban kami adalah menyampaikan (perintah
Allah) dengan jelas”.(Q.S. Yaasin:17)
Dalam ayat ini jelas bahwa metode ini telah digunakan
sejak zaman dahulu, untuk menjelaskan tetang suatu ajaran atau perintah.
6. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang
menggunakan basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa
dimodif sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang
bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan
dari gurunya.
Didalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah
agar manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang
ada. Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat
didalam surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat
dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga
sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan
bumi.
Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat
bertanya itu, manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan
perasaan. Dia tidak akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima
oleh akal serta hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :
فباي ألاء ربكما تكذ بان
“Maka nikmat rabb kalian yang manakah yang kalian
dustakan?”( Qs. Ar Rahman : 13 )
Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali didalam surat
ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai
dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.
7. Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam
mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan
sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Sama dengan metode diatas
metode diskusi merupakan salah satu metode yang secara tersirat ada dalam
al-Qur’an.
Didalam al-Qur’an kata diskusi sama dengan al-mujadallah itu
diulang sebanyak 29 kali. Diantaranya adalah pada surat al-Nahl ayat 125 yang
berbunyi:
وجادلهم
بالتي هي احسن
“Dan bantahlah dengan cara yang baik..”(Q.S.al-Nahl:125)
Dari ayat diatas Allah telah memberikan pengajaran
bagi umat Islam agar membantah atau berargument dengan cara yang baik. Dan
tidak lain itu bisa kita temui dalam rangkaian acara yang biasa disebut
diskusi.
Diskusi juga merupakan metode yang langsung melibatkan
anak didik untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan
dengan baik jika anak didik yang menduskisikan suatu materi itu benar-benar
telah menguasai sebagian dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika peserta
diskusi yakni anak didik tidak paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan
diskusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
B. METODE-METODE
PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL HADITS
1. Metode
Keteladanan.
حدثنا عبد
الله ابن يوسف قال اخبرنا مالك عن عمر ابن عبدالله ابن الزبير عن عمر ابن سليم
الزرقي عن ابي قتادة الانصاري ان رسول الله صلي الله عليه وسلم كان يصلي وهو حامل
امامة بنت زينب بنت رسول الله صلي الله عليه وسلم لابي العاص بن ربيعة بن عبد سمش
فاذا سجد وضعها واذا قام حملها
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf,
katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari
‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw.
salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari
(pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud,
beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya.[39]
Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab
sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka
tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya
dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di
pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut
dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci
anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam
salat sekalipun. Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak
didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan
meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru
memberikan teladan yang baik.
Rasulullah saw. merepresentasikan dan mengekspresikan
apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan
tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap
sederhana, bagaimana duduk dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana
tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus
merupakan materi pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu
metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran
secara utuh, sebagaimana firman Allah swt. berikut:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 33:
21).
Al-Baidhawi (Juz 5: 9), memberi makna uswatun hasanah
pada ayat di atas adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian,
keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode
yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah
keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai
teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang
dapat dijadikan panutan.
Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam
pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina
perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah
saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga
diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
2. Metode lemah
lembut/kasih sayang.
عِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ
حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي
مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ
السُّلَمِيِّ قَالَ بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ
اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَا ثُكْلَ أُمِّيَاهْ مَا
شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى
أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ فَلَمَّا
صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ
وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا
مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ
هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا
هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ….
Artinya: Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn
Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj
as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari ‘Atha’ ibn
Yasâr dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama
Rasulullah saw., seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh.
Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa
kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya
memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw.
selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya
tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik
pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan
mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak
boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan
membaca Alquran.
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan,
karena materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian
peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta
didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan
kepribadian.
3. Metode
deduktif.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ بُنْدَارٌ قَالَ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ
فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ
تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ
طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
Artinya:
“Hadis Muhammad ibn Basysyar
ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah katanya hadis dari Khubâib ibn
Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Aśim dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang
tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh
dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid,
dua orang yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah
karena Allah), seorang yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia
berkata ’saya takut kepada Allah’, seorang yang menyembunyikan sadekahnya
sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya mengalir”.
Menurut Abi Jamrah, metode deduktif
(memberitahukan secara global) suatu materi pelajaran, akan memunculkan
keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di
hati dan memberi manfaat yang lebih besar.[45]
4. Metode perumpamaan
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ
الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya;
“Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna
dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah
dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam
keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini”.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu
metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi
pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak
dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw.
sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga
benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau
menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat
jelas.
5. Metode kiasan.
حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا
ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مَنْصُورِ بْنِ صَفِيَّةَ عَنْ أُمِّهِ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
غُسْلِهَا مِنْ الْمَحِيضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ خُذِي فِرْصَةً
مِنْ مَسْكٍ فَتَطَهَّرِي بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ قَالَ تَطَهَّرِي
بِهَا قَالَتْ كَيْفَ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِي فَاجْتَبَذْتُهَا
إِلَيَّ فَقُلْتُ تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ….
Artinya:
“Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah
dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci
dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara
mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan
bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul
saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah
mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu”.[47]
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara
mempergunakan kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
1) Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan
agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakan
keburukannya.
2) Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
3) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5) Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
6) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
3) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5) Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
6) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
6. Metode memberi
kemudahan.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ
قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ
حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلا
تُنَفِّرُوا وكان يحب التخفيف والتسري على الناس.
Artinya:
“Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya
hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis Syu’bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas
ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan
mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada manusia.”
Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah
mempersulit, dengan harapan para sahabat memiliki motivasi yang kuat untuk
tetap meningkatkan aktivitas belajar .
7. Metode tanya
jawab
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ
كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ
أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ
هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ
قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ
الْخَطَايَا.
Artinya:
“Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis
Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn
Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.
bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat
kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan
tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat
lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa”.[49]
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua
orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik
tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang
lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian
tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain,
baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog
akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog
disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca
tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan
emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan
manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara
bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitâbi, ta’abbudi, deskritif, naratif,
argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh
Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat.
Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode
tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan
pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw. menanyakan kepada
para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah.
8. Metode
Pengulangan.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ
لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: “Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis
Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar
Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar
orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah
pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana
seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan
motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu
ingatan yang penting
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa
uraian yang telah penulis uraikan di atas dapat penulis simpulkan :
1. Metodologi
pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan
operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan
berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum.
Metodologi pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, ketertarikan, sifat dan
kesungguhan para pesrta didik dan juga harus memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kekuatan intelektualannya.
2. dalam al qur’an
terdapat beberapa metode yang dapat di gunakan dalam ruang lingkup pendidikan
islam diantaranya : metode teladan,metode nasihat, metode
pembiasaan, metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi
3. adapun
metode pendidikan islam yang terdapan dalam al hadits diantaranya : Metode
Keteladanan, Metode perumpamaan, Metode kiasan, Metode memberi kemudahan,
Metode perbandingan, Metode tanya jawab, Metode Pengulangan, Metode pemecahan masalah, Metode
pujian/memberi kegembiraan. Yang secara keseluruhan telah dijabarkan oleh
penulis pada bab sebelumnya.
kalau haddist nabi muhammad SAW tentang metode ceramah gimana?
BalasHapus