A.
Pendahuluan
Anak adalah amanah Allah SWT kepada ayah dan ibunya, oleh karena itu harus
senantiasa dipelihara, dididik dan dibina dengan sungguh-sungguh agar supaya
menjadi orang yang baik, jangan sampai anak tersebut tersesat jalan dalam
menempuh jalan hidupnya. Maka kewajiban orang tua terhadap anaknya bukan hanya
mencarikan nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan-kesenangan yang
sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orang tua harus mengarahkan
anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh
yang baik-baik serta mendoakannya. Firman Allah SWT :
يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ
اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ
مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]
Dan sabda Rasulullah SAW :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
وَالرَّجُلُ رَاعٍ فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ
رَاعٍ فِى مَالِ سَيّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَمَسْئُوْلُ عَنْ رَعِيَّتِهِ . البخارى 1: 215
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu.
Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki
(suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta
tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu
sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR Bukhari
juz 1, hal. 215]
Dengan ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua
mempunyai tanggungjawab yang berat terhadap anaknya, untuk itu
hendaklah kita perhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam menyambut kelahiran anak
Orang tua hendaknya bergembira menyambut kelahiran anaknya, baik itu
laki-laki maupun perempuan. Kemudian memberinya nama yang baik dan menyembelih
aqiqah (bila ada kemampuan). Sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ اَبِى
الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِاَسْمَا ئِكُمْ وَبِاَسْمَاءِ آبَائِكُمْ . فَاَحْسِنُوْا
اَسْمَائَكُمْ. ابوداود 4: 287، منقطع، لان عبد الله بن ابى زكرياء لم يدرك ابا
الدرداء
Dari Abu Darda', ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kamu
sekalian akan dipanggil pada hari qiyamat dengan namamu dan nama ayahmu, maka
baguskanlah nama kalian". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 287, munqathi’,
karena ‘Abdullah bin Abu Zakariya tidak bertemu dengan Abu Darda’]
عَنْ
سَمُرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اْلغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ.
يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَابِعِ وَ يُسَمَّى وَ يُحْلَقُ رَاْسُهُ. الترمذى 3:
38
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Anak itu
tergadai dengan aqiqahnya, disembelih sebagai tebusannya pada hari ketujuh dan
diberi nama pada hari itu serta dicukur kepalanya". [HR. Tirmidzi juz 3,
hal. 38]
عَنْ اُمّ
كُرْزٍ اَنَّهَا سَاَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص. عَنِ الْعَقِيْقَةِ، فَقَالَ : عَنِ
الْغُلاَمِ شَاتَانِ وَعَنِ اْلجَارِيَةِ وَاحِدَةٌ لاَ يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا
كُنَّ اَمْ اِنَاثًا. الترمذى 3: 35
Dari Ummu Kurzin (Al-Ka'biyah), sesungguhnya ia pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang aqiqah, maka Rasulullah SAW bersabda, “Untuk bayi
laki-laki (menyembelih) dua ekor kambing dan untuk bayi perempuan (menyembelih)
seekor kambing, tidak mengapa bagimu baik kambing itu jantan atau betina".
[HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35]
2. Tentang menyusui
Firman Allah SWT :
وَ
اْلوَالِدتُ يُرْضِعْنَ اَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ
اَنْ يّـُتِمَّ الرَّضَاعَةَ، وَ عَلَى اْلمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ
كِسْوَتُهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ، لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلاَّ وُسْعَهَا، لاَ
تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَ لاَ مَوْلُوْدٌ لَه بِوَلَدِه وَ عَلَى
اْلوَارِثِ مِثْلُ ذلِكَ، فَاِنْ اَرَادَا فِصَالاً عَنْ تَرَاضٍ مّنْهُمَا وَ
تَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا، وَ اِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْآ
اَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اتَيْتُمْ
بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
بَصِيْرٌ. البقرة:233
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. [QS. Al-Baqarah : 233]
3. Mengkhitankannya
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَوْ خَمْسٌ مِنَ
اْلفِطْرَةِ. اَلْخِتَانُ وَ اْلاِسْتِحْدَادُ وَ تَقْلِيْمُ اْلاَظْفَارِ وَ
نَتْفُ اْلاِبْطِ وَ قَصُّ الشَّارِبِ. مسلم 1: 221
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Fithrah itu ada lima,
atau lima dari fithrah, yaitu : 1. khitan, 2. mencukur rambut kemaluan, 3.
memotong kuku, 4. mencabut bulu ketiak, dan 5. memotong kumis”. [HR. Muslim juz
1, hal. 221]
4. Tentang memberi nafkah
Seorang ayah bertanggungjawab memberikan nafkah bagi anak-anak dan
keluarganya, sedang ibu bertanggungjawab mengasuh anak-anak dan mengatur rumah
tangga sebagai wakil dari suaminya. Tentang besarnya nafkah untuk anak dan
keluarganya ini Islam tidak menentukan besarnya secara khusus, hal ini terserah
pada kemampuan masing-masing. Firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ
قَوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ
بِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. النساء : 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ...... . [QS.
An-Nisaa' : 34]
وَ عَلَى
الْمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ. البقرة : 233
Dan bagi ayah berkewajiban memberi nafkah dan memberi pakaian kepada ibu
(dan anaknya) dengan cara yang ma'ruf. [QS. Al-Baqarah : 233]
لِيُنْفِقْ
ذُوْ سَعَةٍ مّنْ سَعَتِه، وَ مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُه فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ
اتهُ اللهُ، لاَ يُكَلّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ مَآ اتيهَا ، سَيَجْعَلُ اللهُ
بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا. الطلاق : 7
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rezqinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang Allah
berikan kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
(sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan. [QS. Ath-Thalaaq : 7]
عَنْ اَبِيْ
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. : دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيْلِ
اللهِ. وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى
مِسْكِيْنٍ . وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. اَعْظَمُهَا اَجْرًا
الَّذِيْ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. مسلم 2: 692
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Satu dinar kamu
infaqkan fii sabiilillah, satu dinar kamu pergunakan untuk memerdekakan budak,
satu dinar kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu
belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya ialah yang kamu
belanjakan untuk keluargamu". [HR. Muslim juz 2, hal. 692]
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. كَفَى بِالْمَرْءِ اِثْمًا
اَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ. ابو داود 2: 132
Dari Abdullah bin 'Amr (bin Al-'Ash), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Cukuplah bagi seseorang berdosa, apabila dia mengabaikan orang yang makan dan
minumnya menjadi tanggungannya". [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 132]
عَنْ اُمّ
سَلَمَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ هَلْ لِيْ اَجْرٌ فيِ بَنِيْ اَبِيْ
سَلَمَةَ اُنْفِقُ عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هكَذَا وَهكَذَا ؟
اِنَّمَا هُمْ بَنِيَّ فَقَالَ نَعَمْ. لَكِ فِيْهِمْ اَجْرُ مَا اَنْفَقْتِ
عَلَيْهِمْ. مسلم 2: 695
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya
Rasulullah, apakah saya mendapat pahala kalau saya membelanjai putra-putranya
Abu Salamah, sebab saya tidak dapat membiarkan mereka demikian dan demikian
(mencari makan kesana-kemari), karena mereka itu juga sebagai anak-anak saya
?". Jawab Rasulullah SAW, “Ya, kamu mendapat pahala dari apa yang kamu
belanjakan kepada mereka". [HR. Muslim juz 2, hal. 695]
5. Adil dalam pemberian terhadap anak
عَنْ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ: تَصَدَّقَ عَلَيَّ اَبِى بِبَعْضِ مَالِهِ
فَقَالَتْ اُمّى عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لاَ اَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُوْلَ
اللهِ ص. فَانْطَلَقَ اَبِى اِلَى النَّبِيّ ص لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِىْ،
فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلّهِمْ؟ قَالَ: لاَ.
قَالَ: اِتَّقُوا اللهَ وَ اعْدِلُوْا فِى اَوْلاَدِكُمْ. فَرَجَعَ اَبِى فَرَدَّ
تِلْكَ الصَّدَقَةَ. مسلم 3: 1242
Dari Nu'man bin Basyir, ia berkata, “Ayahku memberikan sebagian hartanya
kepadaku”. Lalu ibuku, yaitu ‘Amrah binti Rawahah berkata, ”Aku tidak rela
sehingga kamu minta disaksikan kepada Rasulullah SAW”. Maka ayahku datang
kepada Nabi SAW meminta kepada beliau untuk menyaksikan pemberiannya kepadaku.
Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu juga memberikan seperti ini kepada
semua anakmu ?". Ia menjawab, “Tidak". Nabi SAW bersabda,
“Bertaqwalah kepada Allah, dan berbuatlah adil terhadap anak-anakmu". Lalu
ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu. [HR. Muslim juz 3, hal. 1242].
و فى رواية،
قَالَ: فَاَشْهِدْ عَلَى هذَا غَيْرِى، ثُمَّ قَالَ: اَيَسُرُّكَ اَنْ يَكُوْنُوْا
اِلَيْكَ فِى اْلبِرّ سَوَاءً؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَلاَ اِذًا. مسلم 3: 1244
Dan dalam satu riwayat, Nabi SAW menjawab, “Carilah saksi untuk hal ini
kepada selain aku". Kemudian beliau bersabda, “Apakah kamu tidak senang
apabila anak-anakmu sama-sama berbhakti kepadamu ?". Dia menjawab,
“Ya". Beliau bersabda, “Jika demikian, maka janganlah kamu lakukan".
[HR. Muslim juz 3, hal. 1244]
6. Menyuruh anak-anak untuk mendirikan shalat
Orang tua harus menanamkan 'aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan
sampai syirik, dan menyuruh mereka untuk mendirikan shalat. Allah berfirman :
وَأْمُرْ
اَهْلَكَ بِا لصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ، لاَنَسْاَلُكَ رِزْقًا ، نَحْنُ
نَرْزُقُكَ ، وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوى. طه :132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bershabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezqi kepadamu, Kamilah yang
memberi rezqi kepadamu. Dan akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa.
[QS. Thaahaa : 132]
عَنْ عَمْرِو
بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مُرُوْا
اَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَ اضْرِبُوْهُمْ
عَلَيْهَا وَ هُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ. وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ.
ابو داود، حديث حسن 1: 133
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur
tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur
sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". [HR. Abu Dawud juz 1,
hal. 133]
7. Mencarikan jodoh apabila sudah dewasa.
وَ
اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ اِمَآئِكُمْ،
اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ وَاسِعٌ
عَلِيْمٌ. النور: 32
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[QS. An-Nuur : 32]
8. Berdoa untuk keluarga :
Orang tua terhadap anak-anak dan keluarganya hendaklah mengasihani mereka,
bukan hanya dengan harta dan pendidikan saja, tetapi juga dengan doa untuk
kebaikan mereka. Diantara doa-doa itu ialah :
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيـَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. الفرقان: 74
Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertaqwa. [QS. Al-Furqaan : 74]