MUQADDIMAH
Ini
adalah sebuah goresan kecil dan orang yang kecil untuk para penuntut ilmu.
Hadits ini sangat penting sekali bagi seorang penuntut ilmu. Karena didalam nya
mencakup banyak sekali pelajaran. Mulai dari keutamaan ilmu, keutamaan majelis
ilmu, keutamaan penuntut ilmu dan keutamaan ahli ilmu. Dan ilmu yang dimaksud
didalam hadits ini adalah ilmu agama bukan ilmu dunia. Risalah kecil ini kami
beri judul
TEKS
HADITS :
عَنْ كَثِيْرِ بِن قَيْسٍ
قَالَ : كُنْتُ جَالِسًاعِنْدَأَبِيْ
الدَّرْدَاء فِي مَسْجِد دِمَشْقَ
, فَأَتَاهُ
رَجُلُ , فَقَالَ : يَاأَبَاالدَّرْدَاء , أَتَيْتُكَ مِنَ الْمَدِينَة–مَدِيْنَةِ رَسُوْلِ الله صلّى الله عليه وسلّم –لِحَدِيْثٍ
بَلَغَنِيْ أَنَّك تُحَدِّث بِهِ عَنْ النَّبِيِّ .قَالَ
: فَمَاجَاءَبِكَ
تِجَارَةٌ؟ .قاَلَ : لاَ
.قَالَ : وَلاَجَاءَبِكَ غَيْرُهُ؟ .قَالَ
: لاَ .قَالَ
: فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُوْل الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا , سَهَّلَاالله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ , وَإِنّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ , وَإِنَّ طَالِبَ
الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي
الْمَاءِ , وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
,كَفَضْلِ
الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِالْكَوَاكِبِ
, إِنَّ
الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُالأَنْبِيَاءِ , إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ
, أَخَذَبِحَظٍّ
وَافِرٍ "
---oOo---
TERJEMAHAN
HADITS :
Dari Katsir
bin Qais, dia berkata : “Ketika aku sedang duduk disebelah Abu Darda’ di Masjid
Damaskus. Tiba – tiba datang seorang laki – laki kepadanya, lalu laki – laki
itu berkata : “Wahai Abu Darda’, Aku datang kepada mu dari kota Madinah –kota
Madinah Rasulullah- untuk keperluan sebuah hadits yang sampai kepada ku bahwa
engkau pernah meriwayatkan nya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.” Abu Darda’ berkata : “Apakah kamu
datang (sekalian) untuk berdagang?”
Dia menjawab : “Tidak” Abu
Darda’ berkata lagi : “Apakah kamu datang (sekalian) untuk keperluan selain
itu?” Dia (laki – laki itu)
menjawab : “Tidak” Abu Darda’
berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju Surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya.
Karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan
dimintakan ampunan oleh yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada
didalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang
ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para
Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan
dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.”
---oOo---
TAKHRIJ HADITS
:
1. Diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah didalam Sunan nya (hal 56), hadits no 223.
Dari Katsir bin Qais.
a. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan Ibnu Majah, hadits no
183.
b. Dihasankan
oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth dan kawan – kawan dalam takhrij Sunan Ibnu Majah
(1/150-151) : “Hadits Hasan dengan penguat.”
2.
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud rahimahullah didalam Sunan nya (hal 655),
hadits no 3641. Dari Katsir bin Qais.
a. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan Abu Daud, hadits no
3641 (penomoran sama).
b. Syaikh
Syu’aib al-Arnauth dan Syaikh Muhammad Kamil hafizhahumullah mengatakan didalam
takhrij Sunan Abu Daud (5/485) : “Hadits Hasan dengan penguat.”
3.
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban rahimahullah didalam Shahih nya, hadits no
88. Dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh
Al-Albani rahimahullah berkata : “Hadits Hasan.” (at-Ta’laqatul Hisan ‘ala
Shahih Ibnu Hibban 1/203 – 204)
b. Syaikh
Syu’aib al-Arnauth hafizhahullah berkata : “Isnad nya Lemah (Dhaif).” (Al-Ihsan
fi Taqrib Shahih Ibnu Hibban 1/289-290)
4.
Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah didalam Sunan nya (hal 604),
hadits no 2682. Dari Qais bin Katsir.
a. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, hadits no
2682 (penomoran sama).
5.
Diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi rahimahullah didalam Sunan nya hadits no 342.
Dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh
Husain Salim didalam takhrij Musnad ad-Darimi mengatakan : “Sanad nya Lemah
(Dhaif)” (Musnad Ad-Darimi hadits no 345 hal 361).
b. Sedangkan
Syaikh Fawwaz Zamrali dan Syaikh Khalid Al-Alimy berkata : “Sanad nya hasan”
(Sunan Ad-Darimi juz 1 hal 110)
6.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah didalam Musnad nya, hadits no 21612
dan no 21613 dalam cet musnad yang lain hadits no 21715 no 21716. Dari Katsir
bin Qais.
a. Syaikh
Hamzah Az-Zain hafizhahullah berkata : “Sanad nya Hasan” (Musnad Ahmad juz 16
hal 71).
b. Syaikh
Syu’aib dan kawan – kawan hafizhahumullah berkata : “Hadits ini Hasan
Lighairihi dan Sanad ini nya Dhaif.” (Musnad Ahmad juz 36 hal 45-49).
7.
Diriwayatkan oleh Imam al-Baghawi rahimahullah didalam Syarhus Sunnah nya,
hadits no 129. Dari Daud bin Jamil dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh
Syu’aib dan Syaikh Muhammad berkata didalam takhrij Syarhus Sunnah : “Hadits
Hasan” (Syarhus Sunnah dan Takhrijnya, juz 1 hal 275-276)
8.
Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah didalam Al-Jami’ li
Syu’abul Iman juz 3 hal 220 – 222, hadits no 1573 dan 1574.
9.
Diriwayatkan juga oleh Imam Abdil Barr rahimahullah didalam Jami’ Bayan
Al-‘Ilmi wa Fadhlih hal 168 – 170, hadits no 173 – 177.
10. Dibawakan
juga oleh Imam Al-Mundziri rahimahullah didalam At-Targhib wa Tarhib hal 43,
hadits no 106.
a. Syaikh
Al-Albani rahimahullah berkata didalam Shahih At-Targhib wa Tarhib (1/138) :
“Hasan Lighairihi”
Hadits
ini juga diriwayatkan oleh para Ulama rahimahumullah lain nya didalam kitab
mereka, namun kami hanya mencukupkan dari kitab yang kami sebutkan diatas saja.
Sebagian
riwayat mencantumkan Katsir bin Qais, sebagian riwayat yang lain menyebutkan
Qais bin Katsir. Yang rajih, insya’Allah Katsir bin Qais. Sebagaimana yang disebutkan
para Ulama rahimahumullah. Silahkan lihat biografi nya didalam Taqribut Tahdzib
hal 515 no 5624 dan Tahdzibut Tahdzib juz 3 hal 646.
---oOo---
PENGUAT
HADITS :
Berikut
ini saya bawakan penjelasan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan kawan – kawan tentang
penguat hadits diatas didalam takhrij Musnad Ahmad juz 36 hal 47 – 48 secara
ringkas dan saya tambahkan beberapa penguat hadits dan komentar para ulama
tentang hadits tersebut, yang saya anggap mampu menaikan hadits diatas menjadi
hadits Hasan bahkan bisa menjadi Shahih, Insya’Allah.
1.
Penguat lafadz hadits “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Surga.” Adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam Musnadnya (12/393) hadits no 2427. Dengan sanad yang Shahih
sesuai syarat Shahihain.
2.
Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya.
Karena ridha kepada penuntut ilmu.” Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam Musnadnya (30/9) hadits no 18089. Dengan sanad yang Hasan.
3.
Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan
oleh yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air.
Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah
seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. ” Adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunannya (hal 605) hadits no 2685.
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah. Juga diriwayatkan oleh Imam
Ath-Thabrani rahimahullah didalam Al-Ausath hadits no 6215. Dengan sanad yang
Hasan. Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi didalam Sunan nya, hadits no
289. Dengan derajat yang Hasan.
4.
Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan
Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka
hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil
bagian yang banyak.” Dibawakan oleh Imam As-Sakhawi rahimahullah didalam kitab
nya Al-Maqashid Al-Hasanah hal 286.
5.
Imam al-Bukhari rahimahullah juga membawakan sebagian dari lafadz didalam
Shahih nya, pada Kitab Ilmu : Bab 10 Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal, hal
18. “Dan bahwasanya ulama adalah pewaris para Nabi dan mereka mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambilnya, niscaya ia telah mengambil bagian yang cukup.
Barangsiapa yang menemupuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullah berkata ketika mensyarah ini : “Potongan ini dari
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim
yang telah menshahihkan nya dari hadits Abu Dar’da Radhiyallahu’anhu dan telah
dihukumi hasan oleh Hamzah al-Kinani. Selain mereka, hadits ini telah
dinyatakan dhaif, karena pada sanadnya terdapat kelemahan. Namun, hadits ini
memiliki Syahid (riwayat penguat) yang menguatkan nya.”
KESIMPULAN
: Dengan demikian, hadits ini secara keseluruhan nya derajatnya Hasan Shahih,
Insya’Allah.
---oOo---
SYARAH TEKS
HADITS :
رَسُوْلَ الله صلّى الله
عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا
, سَهَّلَ
الله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
."
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju Surga.”
Lafazh “Jalan طريقا“ dan “ilmu علما” disebutkan
dalam bentuk nakirah yakni isim yang belum jelas penunjukan nya dan masih umum.
Sehingga termasuklah kedalam hadits ini semua bentuk jalan menuju ilmu dan juga
termasuk kedalam nya sedikit maupun banyak ilmu yang dipelajari nya.
Jalan
disini mencakup jalan yang bersifat nyata dan jalan yang bersifat abstrak.
a.
Jalan yang bersifat kongkrit (nyata) yakni seseorang pergi dari rumahnya menuju
majelis ilmu.
b.
Sedangkan jalan yang bersifat abstrak yakni seseorang membaca buku agama,
mengambil faidah darinya kemudian mengamalkan nya.
Apa yang
dimaksud dengan ilmu?
اَلْعِلْمُ إِدْرَاكُ الشَّيْءِ
عَلَىمَا هُوَعَلَيْهِ إِدْرَاكَا جَازِمًا
"Ilmu
adalah mengetahui sesuatu sebagaimana hakikat yang sebenarnya dengan
pengetahuan yang pasti."
Dan yang
dimaksud ilmu didalam hadits ini adalah Ilmu Agama, bukan Ilmu dunia. Karena
ilmu dunia, orang kafir pun bisa menguasai nya. Adapun ilmu agama, maka dia
adalah kekhususan seorang Muslim.
Dengan ilmu
agama, seorang muslim bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan ilmu
agama, seorang muslim bisa mengetahui mana jalan yang dapat mengantarnya menuju
surga dan mana jalan yang dapat menjerumuskan nya ke neraka.
Dengan ilmu
agama, seorang muslim bisa mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan diterima
nya amal dan apa saja yang menyebabkan ditolaknya amal.
Intinya, dengan
ilmu agama, Allah memudahkan jalan bagi nya jalan menuju surga yakni dengan
cara menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya.
Sabda
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam selanjutnya
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Dan
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada
penuntut ilmu.”
Ini
menunjukkan kecintaan, penghargaan, pemuliaan dan penghormatan para malaikat
terhadap para penuntut ilmu, sehingga mereka –yakni para malaikat- melebarkan
sayap – sayap mereka bagi para penuntut ilmu, karena ridha terhadap penuntut
ilmu.
Ilmu agama
adalah ilmu yang mulia, yang diturunkan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, yang
dibawa oleh utusan yang mulia, dan disampaikan oleh manusia yang mulia pula.
Maka orang - orang mempelajarinya adalah orang mulia lagi dimuliakan.
Maksud dari
meletakkan sayap – sayap nya adalah menjaga, melindungi dan membentengi para
penuntut ilmu dengan izin Allah. Seandainya hanya ini saja yang diperoleh
seorang penuntut ilmu, tentunya itu sudah merupakan kemuliaan dan kehormatan
tersendiri bagi para penuntut ilmu.
Sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selanjutnya :
وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ
يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي الْمَاءِ
“Sesungguhnya
orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan
di bumi hingga ikan yang ada didalam air.”
Makhluk disini
mencakup umum yakni seluruh makhluk, makhluk dilangit adalah para Malaikat yang
mulia. Sedangkan makhluk dibumi mencakup seluruh binatang dan sebagainya, baik
yang berbunyi maupun yang tidak berbunyi, baik yang kecil maupun yang besar.
Mereka semua memohon ampunan bagi seorang penuntut ilmu. Karena dengan sebab
ilmu, terjaga nya keamanan, kelestarian dan kelangsungan hidup di muka bumi ini
bagi generasi berikut nya sampai hari kiamat tiba.
Sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam :
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ
عَلَى الْعَابِدِ ,كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya
keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang.”
Ini menujukkan
keutamaan Ahli Ilmu atas Ahli Ibadah yang bukan Ahli Ilmu. Bukan berarti hadits
ini menunjukkan ahli ilmu tidak beribadah, tidak demikian. Akan tetapi maksud
nya keutamaan orang yang Ahli Ilmu kemudian mengamalkan ilmu nya, itu jauh
diatas keutamaan Ahli Ibadah yang bukan ahli Ilmu.
Ini merupakan
perumpamaan yang sangat jelas dan tepat. Untuk mengumpamakan ahli ilmu dan ahli
ibadah. Dimana Ahli ilmu diumpamankan (dimisalkan) seperti bulan, sedangkan
Ahli ibadah diumpamakan seperti bintang. Kenapa demikian? Karena cahaya bulan
menerangi penjuru bumi dan meluas keseluruh arah. Sehingga manusia dapat
mengambil faidah dari nya. Seperti itulah ilmu seorang ulama yang bermanfaat
bagi orang lain dan menyebar keseluruh arah.
Adapun bintang
– bintang, cahaya nya tidak melewati dirinya sendiri atau hanya sampai kepada
sesuatu yang terdekat darinya. Begitu juga ibadahnya hanya bermanfaat bagi
dirinya sendiri, dan orang disekitarnya.
Dalam
perumpamaan ini terdapat faidah bahwa kebodohan seperti malam yang gelap
gulita, sedangkan para ulama seperti bulan, sedangkan para ahli ibadah seperti
bintang. Maka dalam kegelapan itu, keutamaan cahaya seorang ulama seperti
keutamaan cahaya bulan atas cahaya bintang. Disamping itu, tegaknya agama
adalah karena ditopang, dihiasi, dan diterangi oleh para Ulama dan Ahli Ibadah.
Apabila para ulama dan ahli ibadah hilang, maka hilanglah agama, sebagaimana
langit yang dihiasi dan diterangi oleh bulan dan bintang. Jika bulan dan
bintang hilang dari langit, maka datanglah hari kiamat yang dijanjikan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala.
Mungkin ada
yang bertanya, “Kenapa para Ulama tidak diserupakan dengan matahari, padahal
cahaya matahari lebih besar?”
Maka jawaban
nya adalah :
Dalam perumpamaan tersebut terdapat dua hal yang sangat penting :
Pertama : Karena cahaya bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari, maka orang yang berilmu yang mengambil ilmunya dari al-Qur’an dan as-Sunnah lebih sesuai jika diserupakan dengan bulan daripada matahari. Sebab ilmu dia merupakan pantulan dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang merupakan sumber ilmu islam, seperti cahaya bulan yang berasal dari pantulan cahaya matahari.
Kedua : Karena cahaya
matahari tetap, tidak berubah, dan tidak memiliki tingkatan. Sedangkan cahaya
bulan, terkadang cahanya sedikit, terkadang sedang, terkadang banyak dan penuh
dan seterusnya, seperti itulah para Ulama yang mana keilmuan mereka pun
bertingkat – tingkat. Ada yang memiliki ilmu yang sedikit, ada yang sedang, ada
yang banyak. Perbedaan tingkatan para ulama bagaikan perbedaan keadaan cahaya
bulan. Dari bulan purnama yang sempurna, lalu berkurang sedikit, sedikit demi
sedikit hingga pada keadaan yang paling akhir. Disisi Allah Subhanahu wa
ta’ala, kedudukan para ulama pun berbeda – beda.
Mungkin ada
juga yang bertanya? Kenapa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Sahabat – sahabatku seperti bintang” Sedangkan para ulama diumpamakan seperti
bulan?
Jawab nya : Perumpamaan
ulama seperti bintang, itu hanya perumpamaan pada posisi keutamaan para ulama
atas para ahli ibadah. Yakni para ulama melampaui ahli ibadah yang bukan ulama.
Adapun secara umum maka perumpamaan para ulama seperti bintang, karena bintang
dipakai sebagai petunjuk dalam kegelapan didarat dan dilaut, demikian pula
dengan para ulama. Bintang – bintang adalah penghias langit dan ulama adalah
penghias dibumi. Bintang menjadi penghalang bagi para syaithan agar tidak
mencuri berita dari langit. Demikian juga para ulama, mereka menjadi lemparan
penghalang bagi syaithan dari kalangan manusia yang membisikan syubhat
(keraguan) dan ajaran sesat kepada manusia. Para ulama menjadi penghalang bagi
kelompok jahat itu untuk melakukan aktivitas mereka. Seandainya tidak ada para
ulama, maka hancurlah ajaran agama Islam ini, karena pemalsuan orang – orang
sesat. Maka dari itu Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan para ulama sebagai
penjaga bagi agama-Nya dan sebagai penghalang bagi musuh – musuh para Rasul-Nya
dan ini adalah bentuk keserupaan para ulama dengan bintang.
Sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selanjutnya :
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ
وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
, إِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ
, أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak lagi
sempurna.”
Para ulama
adalah pewaris Nabi, ini merupakan keistimewaan yang paling besar bagi ahli
ilmu. Sesungguhnya para Nabi adalah hamba Allah yang terbaik, maka para pewaris
mereka juga merupakan orang – orang terbaik setelah mereka.
Para Ulama
adalah pewaris para Nabi, karena para Ulama mewarisi ilmu agama yang dibawa
oleh para Nabi. Para ulama juga mewarisi dan melanjutkan dakwah para Nabi.
Dengan demikian, secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa para ulama
adalah orang yang terdekat dengan para Nabi, karena hanya orang yang
terdekatlah yang dapat warisan sebagaimana dalam pewarisan harta.
Adapun sabda
beliau bahwa para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tapi mewariskan ilmu,
ini menunjukkan kesempurnaan para nabi dan besarnya kebaikan mereka terhadap
umat nya, serta menunjukkan kesempurnaan nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
mereka.
Hikmahnya
kenapa para Nabi tidak meninggalkan harta warisan kepada kaum kerabatnya adalah
sebab jika para nabi mewarisi harta maka para nabi akan dicurigai sebagai orang
– orang yang mengejar kekuasaan dan harta, dan ingin mengambil harta manusia
hingga menjadi harta warisan mereka kelak. Maka dari itu para nabi tidak
meninggalkan sedikit pun harta warisan untuk keluarga mereka, semua harta
mereka menjadi sedekah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya kami para Nabi tidak memberi warisan. Apa yang kami tinggalkan
semua nya merupakan sedekah.” [Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih
nya hadits no 6726]
“Barangsiapa
yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna”
“Bagian بحظ“ yakni jatah
atau bagian. “Yang banyak وافر“ yakni yang sempurna.
Yakni
barangsiapa mempelajari ilmu, maka dia telah mengambil bagian, baik sedikit
maupun banyak. Walaupun sedikit ilmunya yang diambilnya, namun jika ia
mengamalkan nya dan disebarkan, maka banyaklah manfaatnya. Apabila pemiliknya
meninggal dunia, maka kebaikan ilmu agama yang telah diajarkan nya akan tetap
sampai kepada pemiliknya.
---oOo---
FAIDAH HADITS
:
Secara umum
ada 4 faidah dari hadits ini :
1. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
2. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu.
3. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan orang yang mempelajari ilmu.
4. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan majelis ilmu.
1. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
2. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu.
3. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan orang yang mempelajari ilmu.
4. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan majelis ilmu.
Secara
rincian, ada 26 faidah sebagai berikut :
رَسُوْلَ الله صلّى الله
عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا
, سَهَّلَ
الله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
."
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju Surga.”
5. Hadits ini
menjadi dalil dianjurkan nya melakukan perjalanan untuk mencari ilmu.
6. Hadits ini menjadi dalil bahwa ilmu itu harus didatangi.
6. Hadits ini menjadi dalil bahwa ilmu itu harus didatangi.
7. Hadits ini
juga menganjurkan agar kita mendatangi majelis ilmu dan duduk dimajelis ilmu.
8. Hadits ini
juga menjadi dalil tentang wajib nya mengamalkan ilmu yang telah diketahui.
9. Hadits ini
juga memberikan kabar gembira bahwa orang yang mempelajari ilmu, maka
perjalanan nya menuju surga akan lebih mudah.
10. Hadits ini
juga memberikan peringatan bagi orang tidak mau mempelajari ilmu. Dan isyarat
bahwa orang tidak berilmu, jalan nya menuju surga akan sulit.
11. Hadits ini
menjadi dalil tentang anjuran membantuan para penuntut ilmu. Bisa berupa
membiayai mereka untuk belajar atau membantu mereka didalam menyebarkan ilmu.
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Dan
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada
penuntut ilmu.”
12. Hadits ini
juga menjelaskan tentang pemuliaan para malaikat terhadap ilmu dan terhadap orang
mencari ilmu.
13. Hadits ini
menjelaskan bahwa para malaikat senang dan cinta kepada para penuntut ilmu.
14. Hadits ini
menjelaskan bahwa para penuntut ilmu dijaga dan dilindungi oleh para Malaikat
dengan izin Allah.
وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ
يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي الْمَاءِ
“Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh
makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air.”
15. Hadits ini
menjelaskan tentang keutamaan yang besar bagi para penuntut ilmu, yakni bahwa
dia akan dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi.
16. Hadits ini
menjelaskan bahwa diantara sebab terhapus nya dosa adalah dengan menuntut ilmu.
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ
عَلَى الْعَابِدِ ,كَفَضْلِ الْقَمَرِعَلَى
سَائِرِالْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya
keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang.”
17. Hadits ini
menjelaskan tentang kedudukan para Ulama dibandingkan kedudukan para Ahli
Ibadah yang bukan Ulama. Dimana kedudukan para Ulama lebih tinggi dibandingkan
kedudukan para Ahli Ibadah.
18. Hadits ini
menjelaskan manfaat yang diberikan para Ulama itu lebih besar bagi manusia dari
pada manfaat yang diberikan para Ahli Ibadah.
19. Hadits ini
menjelaskan bahwa orang yang mempelajari ilmu, kemudian mengamalkan nya,
kemudian dia menyebarkan ilmu nya, itu lebih baik dari pada orang yang hanya
mempelajari ilmu kemudian dia mengamalkan nya, tanpa menyebarkan nya.
20. Hadits ini
menjelaskan bahwa kebodohan itu seperti malam yang gelap gulita. Sedangkan ilmu
adalah seperti cahaya.
21. Hadits ini
juga menjadi dalil bahwa berilmu terlebih dahulu baru beramal. Sebagaimana
Rasulullah mendahulukan para Ulama dibandingkan para Ahli Ibadah didalam hadits
tersebut.
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ
وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
, إِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ
, أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.”
22. Hadits ini
menjelaskan kedudukan para Ulama didalam Islam, yakni mereka adalah pewaris
para Nabi.
23. Hadits ini
mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam adalah Nabi
yang terakhir dan penutup para Nabi. Hal ini dapat dilihat dari sabda beliau :
“Para ulama adalah pewaris para Nabi.”
24. Hadits ini
menjadi dalil bahwa para Nabi tidak memberikan harta warisan kepada keluarga
nya.
25. Hadits ini
menjadi dalil bahwa ilmu adalah warisan para Nabi.
26. Hadits ini
menjadi dalil bahwa ilmu yang benar adalah ilmu yang bersumber dari al-Qur’an
dan as-Sunnah. Karena itulah yang ditinggalkan oleh Rasulullah hallallahu’alaihi wa sallam kepada Umat ini.
Adapun ilmu yang dibangun diatas hawa nafsu dan akal, maka itu bukanlah ilmu
dan orang yang memiliki nya, bukanlah ahli ilmu. Seperti filsafat, maka ahli
filsafat bukanlah ulama. Karena filsafat dibangun diatas akal.
27. Hadits ini
mengisyaratkan bahwa ulama yang sebenar – benar nya ulama adalah ulama yang
mewarisi ilmu para nabi, dakwah para nabi, mengikuti petunjuk para nabi dalam
menyampaikan agama. Yakni cara berdakwah dengan penuh kesabaran, dan kelemah
lembutan. Membalas kejahatan manusia dengan kebaikan, dan mengajak manusia ke
jalan Allah dengan cara yang terbaik, serta selalu berusaha memberikan nasehat
kepada manusia untuk menunaikan kewajiban nya.
28. Hadits ini
juga merupakan peringatan kepada ulama agar mendidik umat sebagaimana orangtua
mendidik anak nya. Maka mereka harus mendidik umat secara bertahap dan
bertingkat, mulai dari pengetahuan yang dasar sampai yang tinggi, mulai dari
yang kecil sampai ke yang besar. Mereka juga hanya membebankan kepada umat apa
yang mampu mereka pikul, sebagaimana yang dilakukan seorang bapak kepada
anaknya.
29. Hadits ini
juga merupakan dalil tentang wajibnya menghormati dan mencintai para Ulama.
Mentaati mereka dalam perkara – perkara yang baik. Bertanya kepada mereka dalam
permasalahan yang tidak dimengerti.
30. Hadits ini
menjelaskan tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta. Seandainya harta lebih
utama dari pada ilmu, tentu para Nabi akan mewariskan harta kepada umat nya.
Namun yang terjadi adalah sebalik nya. Ilmu adalah yang diwariskan oleh para
Nabi.
31. Hadits ini
menjelaskan bahwa seorang penuntut ilmu, adalah seorang pencari harta karun dan
warisan para Nabi. Dan Para Ulama adalah pemberi harta warisan para Nabi
tersebut.
Semoga Allah
menjadikan kita sebagai seorang penuntut ilmu, meneguhkan kita diatas jalan
para penuntut ilmu dan memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat, melindungi
kita dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aamiin.