Sabtu, 30 Mei 2015

BAB I

BAB I
MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA

عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

PEMBAHASAN

A.      Pandangan Islam Terhadap Manusia
Pembahasan tentang pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek yang menjadi sasarannya: yaitu manusia. Di dalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan Adam, Basyar, al-Insan, a-Annas.

Dalam hubungannya dengan pendidikan akan kita lihat dari tiga titik saja
1.    Manusia sebagai makhluk yang mulia
Manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia juga dikarenakan mempunyai (1). Akal dan perasan (2). Ilmu pengetahuan (3). Kebudayaan. Namun faktor yang terbesar membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Manusia dapat hidup tenang dan tentram karena memiliki ilmu dan menggunakan ilmunya.        

2.    Manusia sebagai khalifah di bumi
Allah menciptakan bumi dalam kedaan seimbang dan serasi. Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang perlu bumi itu didiami, diurus, diolah. Oleh sebab itu Allah menciptakan manusia yang diserahi tugas dan jabatan khalifah. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang lengkap dan utuh dengan sarana yang lengkap. Keteraturan alam dan kehidupan ini dibebankan kepada manusia untuk memelihara dan mengembangkannya demi kesejahteraan hidup mereka sendiri.

3.    Manusia sebagai makhluk paedagogik
Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik, makhluk itu adalah manusia, dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi kholifah di bumu, pendukung dan pengembang kebudayaan.

Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkan fitrahNya, tetapi fitrah Allah untuk manusia di sini diterjemahkan dengan potensi dapat dididik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampui jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak berkembang.
Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan kurang bemakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Dengan pendidikan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, meskipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat bekembang sendiri, namun perkembangan itu tidak maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengembangan potensi itu mempunyai arti bahwa manusia mungkin dididik, sekaligus mungkin pula bahwa pada suatu saat ia akan mendidik.

B.       Pandangan Para Ahli Hadits Mengenai Asal Usul Manusia
1.    Penciptaan nabi Adam
Dalam sabda Rosulullah yang berbunyi :
خَلَقَ الله ادَمَ عَلَى سُورَةِ الرَّحْمَان
Artinya:
“Allah menciptakan adam sesuai bentuk ( yang telah direncanakan ) ar-Rohman”
Bahwasannya Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang langsung sempurna, tidak melalui fase-fase pertumbuhan yang berubah-ubah, tidak melalui fase-fase pertumbuhan dalam rohim seperti proses penciptaan anak Adam. Dalam hadits di atas juga menjelaskan bahwa ar-Rohman merupakan bentuk penghormatan yang diberikan Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang tidak ada satu bentukpun yang menyamai kesempurnaan dan keindahannya.
Imam Bukhori meriwayatkan bahwasannya “Allah menciptakan Adam dari turab (tanah), kemudian menjadikannya thin (tanah), kemudian menjadikannya hama’in masnun (lumpur hitam yang diberi bentuk) kemudian Dia menciptakan dan membentuknya, kemudian membiarkannya hingga menjadi shalshal (tanah kering) seperti tembikar.
Al-Qasthalani menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam 4 macam yaitu:
1).    Manusia tanpa bapak dan tanpa ibu yaitu Adam ‘alaihissalam.
2).    Manusia dari bapak saja tanpa ibu yaitu Hawa.
3).    Manusia dari ibu saja tanpa bapak yaitu nabi Isa ‘alaihissalam.
4).    Manusia dari ibu dan bapak yaitu manusia pada umumnya yang diciptakan dari ma’dafiq (air yang terpancar)
Allah ta’ala menciptakan manusia berada di antara posisi mulia, yaitu Malaikat, dan posisi hina yaitu hewan. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang terkuat yang berhak tinggal di dunian dan di akhirat.

2.    Penciptaan anak keturunan Adam dalam Rahim
Penciptaan anak keturunan Adam sangat berbeda sekali dengan penciptaan nabi Adam. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 5
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa nabi Adam diciptakan Allah menggunakan tanah sedangkan Allah menciptakan keturunan anak Adam dengan setetes air mani (sperma) yang membuahi sel telur didalam rahim seorang ibu, kemudian setelah beberapa minggu berubah menjadi segumpal darah, selanjutnya setelah 4 minggu berubah menjadi segumpal daging dan berangsur-angsur menjadi seorang bayi yang lengkap dengan tangan, kaki, kepala, seperti halnya kita semua. Dan setelah kurang lebih lebih 9 bulan janin yang ada di rahim ibu lahir kedunia ini.

C.      Tujuan dan fungsi pendidikan bagi manusia
Menurut sikun pribadi, tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan, dan saripati dari seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan.
Suatu rumusan tujuan pendidikan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya, adapun fingsi tujuan pendidikan ada 3, yaitu:

1.    Tujuan sementara atau perantara
Yaitu tujuan sebagai arah untuk mencapai tujuan terakhir atau tertinggi. Untuk mencapai tujuan akhir/tinggi tidaklah mudah, bahkan dalam kenyataan tidak pernah tercapai sempurna. Itulah sebabnya pendidikan merupakan proses berkelanjutan tanpa ujung, yang implikasinya adalah keharusan pendidikan sepanjang ayat seperti yang dianjurkan Nabi Muhammad SWA “tuntutlah ilmu sejak lahir sampai menjelang lahir”.

2.    Tujuan terakhir atau tertinggi
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan karena sesuai dengan konsep ilahi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal, adapun tujuan akhir adalah sebagai berikut:
a.    Menjadi hamba Allah yang bertaqwa.
b.   Mengantarkan subyek didik menjadi khalifatullah fil ardh yang mampu memakmurkan-nya.
c.     Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.

3.    Tujuan umum
Tujuan ini lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, kepribadian subyek didik, sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi utuh
a.    Memberikan arah bagi proses pendidikan
b.    Memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan
c.    Tujuan pendidikan merupakn kriteria/ukuran dalam evaluasi pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar