BAB I
MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ
يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ
يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Dari Abu
Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
عَنْ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ
نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ
الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ
وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga
macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca
Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan
berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
PEMBAHASAN
A.
Pandangan Islam Terhadap Manusia
Pembahasan tentang pendidikan
tidak mungkin terbebaskan dari obyek yang menjadi sasarannya: yaitu manusia. Di
dalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan Adam, Basyar, al-Insan,
a-Annas.
Dalam hubungannya dengan pendidikan akan kita lihat dari tiga titik saja
1.
Manusia sebagai makhluk yang mulia
Manusia yang diciptakan
oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran oleh karena itu ia ditempatkan
pada kedudukan yang mulia juga dikarenakan mempunyai (1). Akal dan perasan (2).
Ilmu pengetahuan (3). Kebudayaan. Namun faktor yang terbesar membuat makhluk
manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Manusia dapat hidup tenang dan
tentram karena memiliki ilmu dan menggunakan
ilmunya.
2.
Manusia sebagai khalifah di bumi
Allah menciptakan bumi
dalam kedaan seimbang dan serasi. Setelah bumi ini
diciptakan, Allah memandang perlu bumi itu didiami, diurus, diolah. Oleh sebab
itu Allah menciptakan manusia yang diserahi tugas dan jabatan khalifah. Allah
telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang lengkap dan utuh dengan sarana
yang lengkap. Keteraturan alam dan kehidupan ini dibebankan kepada manusia
untuk memelihara dan mengembangkannya demi kesejahteraan hidup mereka sendiri.
3.
Manusia sebagai makhluk paedagogik
Makhluk paedagogik
ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat
mendidik, makhluk itu adalah manusia, dialah yang memiliki potensi dapat
dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi kholifah di bumu, pendukung dan
pengembang kebudayaan.
Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkan fitrahNya,
tetapi fitrah Allah untuk manusia di sini diterjemahkan dengan potensi dapat
dididik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga
kemampuannya dapat melampui jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak berkembang.
Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan
kurang bemakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan
pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan.
Dengan pendidikan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia,
meskipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa dan
meskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat bekembang sendiri, namun
perkembangan itu tidak maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses
pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung
jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengembangan potensi itu mempunyai arti
bahwa manusia mungkin dididik, sekaligus mungkin pula bahwa pada suatu saat ia
akan mendidik.
B. Pandangan Para Ahli
Hadits Mengenai Asal Usul Manusia
1.
Penciptaan nabi Adam
Dalam sabda Rosulullah yang berbunyi :
خَلَقَ الله ادَمَ عَلَى سُورَةِ الرَّحْمَان
Artinya:
“Allah
menciptakan adam sesuai bentuk ( yang telah direncanakan ) ar-Rohman”
Bahwasannya Allah
menciptakan Adam dalam bentuk yang langsung sempurna, tidak melalui fase-fase
pertumbuhan yang berubah-ubah, tidak melalui fase-fase pertumbuhan dalam rohim
seperti proses penciptaan anak Adam. Dalam hadits di atas juga menjelaskan
bahwa ar-Rohman merupakan bentuk penghormatan yang diberikan Allah menciptakan
Adam dalam bentuk yang tidak ada satu bentukpun yang menyamai kesempurnaan dan
keindahannya.
Imam Bukhori
meriwayatkan bahwasannya “Allah menciptakan Adam dari turab (tanah), kemudian
menjadikannya thin (tanah), kemudian menjadikannya hama’in masnun (lumpur hitam
yang diberi bentuk) kemudian Dia menciptakan dan membentuknya, kemudian
membiarkannya hingga menjadi shalshal (tanah kering) seperti tembikar.
Al-Qasthalani
menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam 4 macam yaitu:
1). Manusia tanpa bapak dan
tanpa ibu yaitu Adam ‘alaihissalam.
2). Manusia dari bapak saja
tanpa ibu yaitu Hawa.
3). Manusia dari ibu saja
tanpa bapak yaitu nabi Isa ‘alaihissalam.
4). Manusia dari ibu dan
bapak yaitu manusia pada umumnya yang diciptakan dari ma’dafiq (air yang
terpancar)
Allah ta’ala
menciptakan manusia berada di antara posisi mulia, yaitu Malaikat, dan posisi
hina yaitu hewan. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang terkuat yang
berhak tinggal di dunian dan di akhirat.
2. Penciptaan anak
keturunan Adam dalam Rahim
Penciptaan anak
keturunan Adam sangat berbeda sekali dengan penciptaan nabi Adam. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 5
Hai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu
Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.
Dari ayat di atas dapat
disimpulkan bahwa nabi Adam diciptakan Allah menggunakan tanah sedangkan Allah
menciptakan keturunan anak Adam dengan setetes air mani (sperma) yang membuahi
sel telur didalam rahim seorang ibu, kemudian setelah beberapa minggu berubah
menjadi segumpal darah, selanjutnya setelah 4 minggu berubah menjadi segumpal
daging dan berangsur-angsur menjadi seorang bayi yang lengkap dengan tangan,
kaki, kepala, seperti halnya kita semua. Dan setelah kurang lebih lebih 9 bulan
janin yang ada di rahim ibu lahir kedunia ini.
C. Tujuan dan fungsi
pendidikan bagi manusia
Menurut sikun pribadi,
tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan, dan saripati dari
seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor
yang sangat menentukan jalannya pendidikan.
Suatu rumusan tujuan
pendidikan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya, adapun fingsi tujuan
pendidikan ada 3, yaitu:
1. Tujuan sementara atau
perantara
Yaitu tujuan sebagai
arah untuk mencapai tujuan terakhir atau tertinggi. Untuk mencapai tujuan
akhir/tinggi tidaklah mudah, bahkan dalam kenyataan tidak pernah tercapai
sempurna. Itulah sebabnya pendidikan merupakan proses berkelanjutan tanpa
ujung, yang implikasinya adalah keharusan pendidikan sepanjang ayat seperti
yang dianjurkan Nabi Muhammad SWA “tuntutlah ilmu sejak lahir sampai menjelang
lahir”.
2. Tujuan terakhir atau
tertinggi
Tujuan ini bersifat mutlak,
tidak mengalami perubahan karena sesuai dengan konsep ilahi yang mengandung
kebenaran mutlak dan universal, adapun tujuan akhir adalah sebagai berikut:
a. Menjadi hamba Allah
yang bertaqwa.
b. Mengantarkan subyek
didik menjadi khalifatullah fil ardh yang mampu memakmurkan-nya.
c. Memperoleh
kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.
3. Tujuan umum
Tujuan ini lebih
bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf
pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku,
kepribadian subyek didik, sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah
pribadi utuh
a. Memberikan arah bagi
proses pendidikan
b. Memberikan motivasi
dalam aktivitas pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar