Rabu, 30 Desember 2015

SYARAH HADITS KEUTAMAAN ILMU

MUQADDIMAH
Ini adalah sebuah goresan kecil dan orang yang kecil untuk para penuntut ilmu. Hadits ini sangat penting sekali bagi seorang penuntut ilmu. Karena didalam nya mencakup banyak sekali pelajaran. Mulai dari keutamaan ilmu, keutamaan majelis ilmu, keutamaan penuntut ilmu dan keutamaan ahli ilmu. Dan ilmu yang dimaksud didalam hadits ini adalah ilmu agama bukan ilmu dunia. Risalah kecil ini kami beri judul
TEKS HADITS :
عَنْ كَثِيْرِ بِن قَيْسٍ قَالَ : كُنْتُ جَالِسًاعِنْدَأَبِيْ الدَّرْدَاء فِي مَسْجِد دِمَشْقَ , فَأَتَاهُ رَجُلُ , فَقَالَ : يَاأَبَاالدَّرْدَاء , أَتَيْتُكَ مِنَ الْمَدِينَةمَدِيْنَةِ رَسُوْلِ الله صلّى الله عليه وسلّم لِحَدِيْثٍ بَلَغَنِيْ أَنَّك تُحَدِّث بِهِ عَنْ النَّبِيِّ .قَالَ : فَمَاجَاءَبِكَ تِجَارَةٌ؟ .قاَلَ : لاَ .قَالَ : وَلاَجَاءَبِكَ غَيْرُهُ؟ .قَالَ : لاَ .قَالَ : فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْل الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا , سَهَّلَاالله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ , وَإِنّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ , وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي الْمَاءِ , وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ ,كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِالْكَوَاكِبِ , إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُالأَنْبِيَاءِ , إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ , أَخَذَبِحَظٍّ وَافِرٍ "
---oOo---
TERJEMAHAN HADITS :
Dari Katsir bin Qais, dia berkata : “Ketika aku sedang duduk disebelah Abu Darda’ di Masjid Damaskus. Tiba – tiba datang seorang laki – laki kepadanya, lalu laki – laki itu berkata : “Wahai Abu Darda’, Aku datang kepada mu dari kota Madinah –kota Madinah Rasulullah- untuk keperluan sebuah hadits yang sampai kepada ku bahwa engkau pernah meriwayatkan nya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.” Abu Darda’ berkata : “Apakah kamu datang (sekalian) untuk berdagang?”  Dia menjawab : “Tidak”  Abu Darda’ berkata lagi : “Apakah kamu datang (sekalian) untuk keperluan selain itu?” Dia (laki – laki itu) menjawab : “Tidak” Abu Darda’ berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.”
---oOo---
TAKHRIJ HADITS :
1.     Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah didalam Sunan nya (hal 56), hadits no 223. Dari Katsir bin Qais. 
a. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan Ibnu Majah, hadits no 183. 
b. Dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth dan kawan – kawan dalam takhrij Sunan Ibnu Majah (1/150-151) : “Hadits Hasan dengan penguat.”
2. Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud rahimahullah didalam Sunan nya (hal 655), hadits no 3641. Dari Katsir bin Qais.
a. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan Abu Daud, hadits no 3641 (penomoran sama).
b. Syaikh Syu’aib al-Arnauth dan Syaikh Muhammad Kamil hafizhahumullah mengatakan didalam takhrij Sunan Abu Daud (5/485) : “Hadits Hasan dengan penguat.”
3. Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban rahimahullah didalam Shahih nya, hadits no 88. Dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata : “Hadits Hasan.” (at-Ta’laqatul Hisan ‘ala Shahih Ibnu Hibban 1/203 – 204)
b. Syaikh Syu’aib al-Arnauth hafizhahullah berkata : “Isnad nya Lemah (Dhaif).” (Al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibnu Hibban 1/289-290)
4. Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah didalam Sunan nya (hal 604), hadits no 2682. Dari Qais bin Katsir.
a. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, hadits no 2682 (penomoran sama).
5. Diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi rahimahullah didalam Sunan nya hadits no 342. Dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh Husain Salim didalam takhrij Musnad ad-Darimi mengatakan : “Sanad nya Lemah (Dhaif)” (Musnad Ad-Darimi hadits no 345 hal 361). 
b. Sedangkan Syaikh Fawwaz Zamrali dan Syaikh Khalid Al-Alimy berkata : “Sanad nya hasan” (Sunan Ad-Darimi juz 1 hal 110)
6. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah didalam Musnad nya, hadits no 21612 dan no 21613 dalam cet musnad yang lain hadits no 21715 no 21716. Dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh Hamzah Az-Zain hafizhahullah berkata : “Sanad nya Hasan” (Musnad Ahmad juz 16 hal 71).
b. Syaikh Syu’aib dan kawan – kawan hafizhahumullah berkata : “Hadits ini Hasan Lighairihi dan Sanad ini nya Dhaif.” (Musnad Ahmad juz 36 hal 45-49).
7. Diriwayatkan oleh Imam al-Baghawi rahimahullah didalam Syarhus Sunnah nya, hadits no 129. Dari Daud bin Jamil dari Katsir bin Qais.
a. Syaikh Syu’aib dan Syaikh Muhammad berkata didalam takhrij Syarhus Sunnah : “Hadits Hasan” (Syarhus Sunnah dan Takhrijnya, juz 1 hal 275-276)
8. Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Baihaqi rahimahullah didalam Al-Jami’ li Syu’abul Iman juz 3 hal 220 – 222, hadits no 1573 dan 1574.
9. Diriwayatkan juga oleh Imam Abdil Barr rahimahullah didalam Jami’ Bayan Al-‘Ilmi wa Fadhlih hal 168 – 170, hadits no 173 – 177.
10. Dibawakan juga oleh Imam Al-Mundziri rahimahullah didalam At-Targhib wa Tarhib hal 43, hadits no 106. 
a. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata didalam Shahih At-Targhib wa Tarhib (1/138) : “Hasan Lighairihi”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh para Ulama rahimahumullah lain nya didalam kitab mereka, namun kami hanya mencukupkan dari kitab yang kami sebutkan diatas saja.
Sebagian riwayat mencantumkan Katsir bin Qais, sebagian riwayat yang lain menyebutkan Qais bin Katsir. Yang rajih, insya’Allah Katsir bin Qais. Sebagaimana yang disebutkan para Ulama rahimahumullah. Silahkan lihat biografi nya didalam Taqribut Tahdzib hal 515 no 5624 dan Tahdzibut Tahdzib juz 3 hal 646.
---oOo---
PENGUAT HADITS :
Berikut ini saya bawakan penjelasan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan kawan – kawan tentang penguat hadits diatas didalam takhrij Musnad Ahmad juz 36 hal 47 – 48 secara ringkas dan saya tambahkan beberapa penguat hadits dan komentar para ulama tentang hadits tersebut, yang saya anggap mampu menaikan hadits diatas menjadi hadits Hasan bahkan bisa menjadi Shahih, Insya’Allah.
1. Penguat lafadz hadits “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (12/393) hadits no 2427. Dengan sanad yang Shahih sesuai syarat Shahihain.
2. Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada penuntut ilmu.” Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (30/9) hadits no 18089. Dengan sanad yang Hasan.
3. Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. ” Adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunannya (hal 605) hadits no 2685. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah. Juga diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani rahimahullah didalam Al-Ausath hadits no 6215. Dengan sanad yang Hasan. Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi didalam Sunan nya, hadits no 289. Dengan derajat yang Hasan.
4. Penguat lafadz hadits “Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” Dibawakan oleh Imam As-Sakhawi rahimahullah didalam kitab nya Al-Maqashid Al-Hasanah hal 286.
5. Imam al-Bukhari rahimahullah juga membawakan sebagian dari lafadz didalam Shahih nya, pada Kitab Ilmu : Bab 10 Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal, hal 18. “Dan bahwasanya ulama adalah pewaris para Nabi dan mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, niscaya ia telah mengambil bagian yang cukup. Barangsiapa yang menemupuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata ketika mensyarah ini : “Potongan ini dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim yang telah menshahihkan nya dari hadits Abu Dar’da Radhiyallahu’anhu dan telah dihukumi hasan oleh Hamzah al-Kinani. Selain mereka, hadits ini telah dinyatakan dhaif, karena pada sanadnya terdapat kelemahan. Namun, hadits ini memiliki Syahid (riwayat penguat) yang menguatkan nya.”
KESIMPULAN : Dengan demikian, hadits ini secara keseluruhan nya derajatnya Hasan Shahih, Insya’Allah.
---oOo---

SYARAH TEKS HADITS :
رَسُوْلَ الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا , سَهَّلَ الله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ ."
Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.”
Lafazh “Jalan طريقا dan ilmu علما disebutkan dalam bentuk nakirah yakni isim yang belum jelas penunjukan nya dan masih umum. Sehingga termasuklah kedalam hadits ini semua bentuk jalan menuju ilmu dan juga termasuk kedalam nya sedikit maupun banyak ilmu yang dipelajari nya.
Jalan disini mencakup jalan yang bersifat nyata dan jalan yang bersifat abstrak. 
a. Jalan yang bersifat kongkrit (nyata) yakni seseorang pergi dari rumahnya menuju majelis ilmu. 
b. Sedangkan jalan yang bersifat abstrak yakni seseorang membaca buku agama, mengambil faidah darinya kemudian mengamalkan nya.
Apa yang dimaksud dengan ilmu?
اَلْعِلْمُ إِدْرَاكُ الشَّيْءِ عَلَىمَا هُوَعَلَيْهِ إِدْرَاكَا جَازِمًا
"Ilmu adalah mengetahui sesuatu sebagaimana hakikat yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti."
Dan yang dimaksud ilmu didalam hadits ini adalah Ilmu Agama, bukan Ilmu dunia. Karena ilmu dunia, orang kafir pun bisa menguasai nya. Adapun ilmu agama, maka dia adalah kekhususan seorang Muslim.
Dengan ilmu agama, seorang muslim bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan ilmu agama, seorang muslim bisa mengetahui mana jalan yang dapat mengantarnya menuju surga dan mana jalan yang dapat menjerumuskan nya ke neraka.
Dengan ilmu agama, seorang muslim bisa mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan diterima nya amal dan apa saja yang menyebabkan ditolaknya amal.
Intinya, dengan ilmu agama, Allah memudahkan jalan bagi nya jalan menuju surga yakni dengan cara menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya.
Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam selanjutnya
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada penuntut ilmu.”
Ini menunjukkan kecintaan, penghargaan, pemuliaan dan penghormatan para malaikat terhadap para penuntut ilmu, sehingga mereka –yakni para malaikat- melebarkan sayap – sayap mereka bagi para penuntut ilmu, karena ridha terhadap penuntut ilmu.
Ilmu agama adalah ilmu yang mulia, yang diturunkan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, yang dibawa oleh utusan yang mulia, dan disampaikan oleh manusia yang mulia pula. Maka orang - orang mempelajarinya adalah orang mulia lagi dimuliakan.
Maksud dari meletakkan sayap – sayap nya adalah menjaga, melindungi dan membentengi para penuntut ilmu dengan izin Allah. Seandainya hanya ini saja yang diperoleh seorang penuntut ilmu, tentunya itu sudah merupakan kemuliaan dan kehormatan tersendiri bagi para penuntut ilmu.
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selanjutnya :
وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي الْمَاءِ
“Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air.”
Makhluk disini mencakup umum yakni seluruh makhluk, makhluk dilangit adalah para Malaikat yang mulia. Sedangkan makhluk dibumi mencakup seluruh binatang dan sebagainya, baik yang berbunyi maupun yang tidak berbunyi, baik yang kecil maupun yang besar. Mereka semua memohon ampunan bagi seorang penuntut ilmu. Karena dengan sebab ilmu, terjaga nya keamanan, kelestarian dan kelangsungan hidup di muka bumi ini bagi generasi berikut nya sampai hari kiamat tiba.
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam :
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ  ,كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ 
“Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.”
Ini menujukkan keutamaan Ahli Ilmu atas Ahli Ibadah yang bukan Ahli Ilmu. Bukan berarti hadits ini menunjukkan ahli ilmu tidak beribadah, tidak demikian. Akan tetapi maksud nya keutamaan orang yang Ahli Ilmu kemudian mengamalkan ilmu nya, itu jauh diatas keutamaan Ahli Ibadah yang bukan ahli Ilmu.
Ini merupakan perumpamaan yang sangat jelas dan tepat. Untuk mengumpamakan ahli ilmu dan ahli ibadah. Dimana Ahli ilmu diumpamankan (dimisalkan) seperti bulan, sedangkan Ahli ibadah diumpamakan seperti bintang. Kenapa demikian? Karena cahaya bulan menerangi penjuru bumi dan meluas keseluruh arah. Sehingga manusia dapat mengambil faidah dari nya. Seperti itulah ilmu seorang ulama yang bermanfaat bagi orang lain dan menyebar keseluruh arah.
Adapun bintang – bintang, cahaya nya tidak melewati dirinya sendiri atau hanya sampai kepada sesuatu yang terdekat darinya. Begitu juga ibadahnya hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan orang disekitarnya.
Dalam perumpamaan ini terdapat faidah bahwa kebodohan seperti malam yang gelap gulita, sedangkan para ulama seperti bulan, sedangkan para ahli ibadah seperti bintang. Maka dalam kegelapan itu, keutamaan cahaya seorang ulama seperti keutamaan cahaya bulan atas cahaya bintang. Disamping itu, tegaknya agama adalah karena ditopang, dihiasi, dan diterangi oleh para Ulama dan Ahli Ibadah. Apabila para ulama dan ahli ibadah hilang, maka hilanglah agama, sebagaimana langit yang dihiasi dan diterangi oleh bulan dan bintang. Jika bulan dan bintang hilang dari langit, maka datanglah hari kiamat yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Mungkin ada yang bertanya, “Kenapa para Ulama tidak diserupakan dengan matahari, padahal cahaya matahari lebih besar?”
Maka jawaban nya adalah : 

Dalam perumpamaan tersebut terdapat dua hal yang sangat penting :

Pertama : Karena cahaya bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari, maka orang yang berilmu yang mengambil ilmunya dari al-Qur’an dan as-Sunnah lebih sesuai jika diserupakan dengan bulan daripada matahari. Sebab ilmu dia merupakan pantulan dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang merupakan sumber ilmu islam, seperti cahaya bulan yang berasal dari pantulan cahaya matahari.
Kedua : Karena cahaya matahari tetap, tidak berubah, dan tidak memiliki tingkatan. Sedangkan cahaya bulan, terkadang cahanya sedikit, terkadang sedang, terkadang banyak dan penuh dan seterusnya, seperti itulah para Ulama yang mana keilmuan mereka pun bertingkat – tingkat. Ada yang memiliki ilmu yang sedikit, ada yang sedang, ada yang banyak. Perbedaan tingkatan para ulama bagaikan perbedaan keadaan cahaya bulan. Dari bulan purnama yang sempurna, lalu berkurang sedikit, sedikit demi sedikit hingga pada keadaan yang paling akhir. Disisi Allah Subhanahu wa ta’ala, kedudukan para ulama pun berbeda – beda.
Mungkin ada juga yang bertanya? Kenapa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sahabat – sahabatku seperti bintang” Sedangkan para ulama diumpamakan seperti bulan?
Jawab nya : Perumpamaan ulama seperti bintang, itu hanya perumpamaan pada posisi keutamaan para ulama atas para ahli ibadah. Yakni para ulama melampaui ahli ibadah yang bukan ulama. Adapun secara umum maka perumpamaan para ulama seperti bintang, karena bintang dipakai sebagai petunjuk dalam kegelapan didarat dan dilaut, demikian pula dengan para ulama. Bintang – bintang adalah penghias langit dan ulama adalah penghias dibumi. Bintang menjadi penghalang bagi para syaithan agar tidak mencuri berita dari langit. Demikian juga para ulama, mereka menjadi lemparan penghalang bagi syaithan dari kalangan manusia yang membisikan syubhat (keraguan) dan ajaran sesat kepada manusia. Para ulama menjadi penghalang bagi kelompok jahat itu untuk melakukan aktivitas mereka. Seandainya tidak ada para ulama, maka hancurlah ajaran agama Islam ini, karena pemalsuan orang – orang sesat. Maka dari itu Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan para ulama sebagai penjaga bagi agama-Nya dan sebagai penghalang bagi musuh – musuh para Rasul-Nya dan ini adalah bentuk keserupaan para ulama dengan bintang.
Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selanjutnya :

إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ , إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ , أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ 

“Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna.”
Para ulama adalah pewaris Nabi, ini merupakan keistimewaan yang paling besar bagi ahli ilmu. Sesungguhnya para Nabi adalah hamba Allah yang terbaik, maka para pewaris mereka juga merupakan orang – orang terbaik setelah mereka.
Para Ulama adalah pewaris para Nabi, karena para Ulama mewarisi ilmu agama yang dibawa oleh para Nabi. Para ulama juga mewarisi dan melanjutkan dakwah para Nabi. Dengan demikian, secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa para ulama adalah orang yang terdekat dengan para Nabi, karena hanya orang yang terdekatlah yang dapat warisan sebagaimana dalam pewarisan harta.
Adapun sabda beliau bahwa para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tapi mewariskan ilmu, ini menunjukkan kesempurnaan para nabi dan besarnya kebaikan mereka terhadap umat nya, serta menunjukkan kesempurnaan nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala atas mereka.
Hikmahnya kenapa para Nabi tidak meninggalkan harta warisan kepada kaum kerabatnya adalah sebab jika para nabi mewarisi harta maka para nabi akan dicurigai sebagai orang – orang yang mengejar kekuasaan dan harta, dan ingin mengambil harta manusia hingga menjadi harta warisan mereka kelak. Maka dari itu para nabi tidak meninggalkan sedikit pun harta warisan untuk keluarga mereka, semua harta mereka menjadi sedekah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kami para Nabi tidak memberi warisan. Apa yang kami tinggalkan semua nya merupakan sedekah.” [Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih nya hadits no 6726]
“Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna”
“Bagian بحظ yakni jatah atau bagian. “Yang banyak وافر yakni yang sempurna.
Yakni barangsiapa mempelajari ilmu, maka dia telah mengambil bagian, baik sedikit maupun banyak. Walaupun sedikit ilmunya yang diambilnya, namun jika ia mengamalkan nya dan disebarkan, maka banyaklah manfaatnya. Apabila pemiliknya meninggal dunia, maka kebaikan ilmu agama yang telah diajarkan nya akan tetap sampai kepada pemiliknya.
---oOo---

FAIDAH HADITS :
Secara umum ada 4 faidah dari hadits ini :
1. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
2. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu.
3. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan orang yang mempelajari ilmu.
4. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan majelis ilmu.
Secara rincian, ada 26 faidah sebagai berikut :
رَسُوْلَ الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : " مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا , سَهَّلَ الله لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ ."
Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.”
5. Hadits ini menjadi dalil dianjurkan nya melakukan perjalanan untuk mencari ilmu.
6. Hadits ini menjadi dalil bahwa ilmu itu harus didatangi.
7. Hadits ini juga menganjurkan agar kita mendatangi majelis ilmu dan duduk dimajelis ilmu.
8. Hadits ini juga menjadi dalil tentang wajib nya mengamalkan ilmu yang telah diketahui.
9. Hadits ini juga memberikan kabar gembira bahwa orang yang mempelajari ilmu, maka perjalanan nya menuju surga akan lebih mudah.
10. Hadits ini juga memberikan peringatan bagi orang tidak mau mempelajari ilmu. Dan isyarat bahwa orang tidak berilmu, jalan nya menuju surga akan sulit.
11. Hadits ini menjadi dalil tentang anjuran membantuan para penuntut ilmu. Bisa berupa membiayai mereka untuk belajar atau membantu mereka didalam menyebarkan ilmu.
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ 
“Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena ridha kepada penuntut ilmu.”
12. Hadits ini juga menjelaskan tentang pemuliaan para malaikat terhadap ilmu dan terhadap orang mencari ilmu.
13. Hadits ini menjelaskan bahwa para malaikat senang dan cinta kepada para penuntut ilmu.
14. Hadits ini menjelaskan bahwa para penuntut ilmu dijaga dan dilindungi oleh para Malaikat dengan izin Allah.
وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالأَرَضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِي الْمَاءِ
Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air.
15. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan yang besar bagi para penuntut ilmu, yakni bahwa dia akan dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi.
16. Hadits ini menjelaskan bahwa diantara sebab terhapus nya dosa adalah dengan menuntut ilmu.
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ ,كَفَضْلِ الْقَمَرِعَلَى سَائِرِالْكَوَاكِبِ 
“Sesungguhnya keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.” 
17. Hadits ini menjelaskan tentang kedudukan para Ulama dibandingkan kedudukan para Ahli Ibadah yang bukan Ulama. Dimana kedudukan para Ulama lebih tinggi dibandingkan kedudukan para Ahli Ibadah.
18. Hadits ini menjelaskan manfaat yang diberikan para Ulama itu lebih besar bagi manusia dari pada manfaat yang diberikan para Ahli Ibadah.
19. Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang mempelajari ilmu, kemudian mengamalkan nya, kemudian dia menyebarkan ilmu nya, itu lebih baik dari pada orang yang hanya mempelajari ilmu kemudian dia mengamalkan nya, tanpa menyebarkan nya.
20. Hadits ini menjelaskan bahwa kebodohan itu seperti malam yang gelap gulita. Sedangkan ilmu adalah seperti cahaya. 
21. Hadits ini juga menjadi dalil bahwa berilmu terlebih dahulu baru beramal. Sebagaimana Rasulullah mendahulukan para Ulama dibandingkan para Ahli Ibadah didalam hadits tersebut.
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ , إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا , إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ , أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ 
“Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” 
22. Hadits ini menjelaskan kedudukan para Ulama didalam Islam, yakni mereka adalah pewaris para Nabi.
23. Hadits ini mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam adalah Nabi yang terakhir dan penutup para Nabi. Hal ini dapat dilihat dari sabda beliau : “Para ulama adalah pewaris para Nabi.”
24. Hadits ini menjadi dalil bahwa para Nabi tidak memberikan harta warisan kepada keluarga nya.
25. Hadits ini menjadi dalil bahwa ilmu adalah warisan para Nabi.
26. Hadits ini menjadi dalil bahwa ilmu yang benar adalah ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena itulah yang ditinggalkan oleh Rasulullah  hallallahu’alaihi wa sallam kepada Umat ini. Adapun ilmu yang dibangun diatas hawa nafsu dan akal, maka itu bukanlah ilmu dan orang yang memiliki nya, bukanlah ahli ilmu. Seperti filsafat, maka ahli filsafat bukanlah ulama. Karena filsafat dibangun diatas akal.
27. Hadits ini mengisyaratkan bahwa ulama yang sebenar – benar nya ulama adalah ulama yang mewarisi ilmu para nabi, dakwah para nabi, mengikuti petunjuk para nabi dalam menyampaikan agama. Yakni cara berdakwah dengan penuh kesabaran, dan kelemah lembutan. Membalas kejahatan manusia dengan kebaikan, dan mengajak manusia ke jalan Allah dengan cara yang terbaik, serta selalu berusaha memberikan nasehat kepada manusia untuk menunaikan kewajiban nya. 
28. Hadits ini juga merupakan peringatan kepada ulama agar mendidik umat sebagaimana orangtua mendidik anak nya. Maka mereka harus mendidik umat secara bertahap dan bertingkat, mulai dari pengetahuan yang dasar sampai yang tinggi, mulai dari yang kecil sampai ke yang besar. Mereka juga hanya membebankan kepada umat apa yang mampu mereka pikul, sebagaimana yang dilakukan seorang bapak kepada anaknya. 
29. Hadits ini juga merupakan dalil tentang wajibnya menghormati dan mencintai para Ulama. Mentaati mereka dalam perkara – perkara yang baik. Bertanya kepada mereka dalam permasalahan yang tidak dimengerti.
30. Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta. Seandainya harta lebih utama dari pada ilmu, tentu para Nabi akan mewariskan harta kepada umat nya. Namun yang terjadi adalah sebalik nya. Ilmu adalah yang diwariskan oleh para Nabi.
31. Hadits ini menjelaskan bahwa seorang penuntut ilmu, adalah seorang pencari harta karun dan warisan para Nabi. Dan Para Ulama adalah pemberi harta warisan para Nabi tersebut.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai seorang penuntut ilmu, meneguhkan kita diatas jalan para penuntut ilmu dan memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat, melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar