Senin, 01 Juni 2015

PENGERTIAN , URGENSI DAN RUANG LINGKUP PERENCANAAN PENDIDIKAN


A.    PENGERTIAN
              Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto, Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai. Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Pramuji Atmosudirdjo mendefinisikan perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaiman melakukannya. SP. Siagiaan mengartikan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Y.Dior berpendapat perencanaan perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang , dalam rangka mencapai sasaran tertentu.
Berbagai pendapat diatas menyiratkan bahwa perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan dan berkesinambungan.
Proses yang dimaksud diatas menyangkut 3 kegiatan yang berupa penilaian terhadap kondisi saat ini yang merupakan hasil dari proses masa lalu, sasaran baru yang akan ditetapkan,  serta pekerjaan apa saja yang tepat untuk dilakukan untuk mencapai tujuan baru tersebut.  Dengan demikian perencanaan mengandung unsure; (1)kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) adanya hasil yang ingin dicapai dan (4) Masa depan dan waktu tertentu. Atau dalam istilah Hansiswany kamarga  perencanaan  merujuk pada kata kunci ;
·        Aktivitas atau proses yang dilaksanakan sekarang
·        Merupakan penuntun (guideline, framework) untuk dilakukan di masa yang akan datang
·        Dilakukan dalam suatu system
·        Dalam rangka mencapai tujuan
Hal diatas sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Hasyr (59) : 18,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah  dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Perencanaan dalam fungsi mamagement amat penting. Suatu kegiatan yang sukses biasanya merupakan indikasi dari perencanaan yang matang. Bahkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu kita perlu menyiapkan beberapa lapis perencanaan agar ketiatan tersebut dapat mencapai sukses maksimal sebagaimana yang kita kenal dengan istilah ; Plan A, Plan B, Plan C dst.
Perencanaan memiliki urgensi yang sangat bermanfaat dalam hal antara lain;
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan
2) Pemilihan berbagai alternatif terbaik
3) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
4) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
5) Membantu manager menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
6) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti

Manfaat yang lain dari perencanaan adalah;
1) Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai
2) Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakan sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan.
4) Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan
5) Memberikan batas wewenang dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana
6) Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini.
7) Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi eksternal
8) Menghindari pemborosan

Dengan adanya standar pelaksanaan (SOP) dan pengawasan,skala prioritas, tujuan, batasan wewenang, pedoman kerja dsb. memungkinkan seluruh personil yang terlibat dalam organisisasi atau tim akan dapat bekerja lebih transparan dan penuh tanggung jawab, efektif dan efisien.
Kegiatan perencanaan memiliki ruang lingkup yang sangat luas terkait demensi waktu, spasial, dan tingkatan dan  teknis perencanaannya. Namun demikian ketiga demensi tersebut saling kait-terkait dan beriteraksi.  Masing-masing demensi tersebut adalah sebagai berikut; 
1. Perencanaan dari demensi waktu
Dari demensi waktu perencanaan mencakup; (a) Perencanaan jangka panjang (long term planning) berjangka 10 tahun keatas, bersifat prospektif, idealis dan belum ditampilkan sasaran-sarana yang bersifat kualitatif. (b) Perencanaan jangka menengah (medium term planning)  berjangka 3 sampai 8 tahun, merupakan penjabaran dan uraian rencana jangka panjang. Sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyksikan secara kuantitatif, meski masih bersifat umum. (c) Perencanaan jangka pendek (sort term planning) berjangka 1 tahunan disebut juga perencanaan jangka pendek tahunan (annual plan) atau perencanaan operasional tahuanan (annual opperasional planning)
 2. Perencaan dari demensi spasial
Perencanaan ini terkait dengan ruang dan batas wilayah yang dikenal dengan perencanaan nasional (berskala nasional), regional (berskala daerah atau wilayah), perencanaan tata ruang dan tata tanah (pemanfaatan fungsi kawasan tertentu).
3. Perencanaan dari demensi tingkatan teknis perencanaan
Dalam demensi ini kita mengenal istilah (a) perencanaan makro (b) perencaan mikro (c) perencanaan sektoral (d) perencaan kawasan dan (e) perencaan proyek. Perencaan makro meliputi peningkatan pendapatan nasional, tingkat konsumsi, investasi pemerintah dan masyarakat, ekspor impor, pajak, perbankan dsb. Perencanaan mikro disusun dan disesuaikan dengan kondisi daerah. Perencanaan kawasan memperhatikan keadaan lingkungan kawasan tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif. Perencanaan proyek adalah perencanaan operasional kebijakan yang dapat menjawab siapa melakukan apa, dimana, bagaimana dan mengapa.
4. Perencanaan demensi jenis
Menurut Anen (2000) sebagaimana dikutip Syaiful sagala meliputi ; (a) Perencanaan dari atas ke bawah (top down planning), (b) perencanaan dari bawah ke atas (botton up planning), (c) perencanaan menyerong kesamping (diagonal planning), dibuat oleh pejabat bersama dengan pejabat bawah diluar struktur (d) perencanaan mendatar (horizontal planning), yaitu perencanaan lintas sektoral oleh pejabat selevel (e) perencanaan menggelinding (rolling planning) berkelanjutan mulai rencana jangka pendek,menengah dan panjang.(f) perencanaan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top down and button up planning), untuk mengakomodasi kepentingan pusat dengan wilayah/daerah.
       Dalam kegitan pendidikan lingkup perencanaan meliputi semua komponen administrasi sekolah dalam hal kurikulum, supervisi, kemuridan, keuangan, sarana dan prasarana, personal, layanan khusus, hubungan masyarakat, media belajar, ketata usahaan sekolah dsb.  Atau berupa penentuan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus berkembang
B. TEORI dan KONSEP PERENCANAAN
Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi Hudson.
 1. Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi ; (a) pengenalan masalah, (b), mengestimasi  ruang lingkup problem (c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian, (d) menginvestigasi problem, (e) memprediksi alternative, (f) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
 2. Teori incremental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang.
 3.  Teori transaktif
Menekankan pada hakekat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi.
 4. Teori advokasi
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Berdasar pada argumentasi logis rasional  dan dapat mempertahankan dalam argumentasi serta bukan pada pengalaman empiris atau penelitian.
 5. Teori radial
Menekankan pada lembaga local untuk melakukan perencanaan sendiri agar lebih cepat memenuhi kebutuhan local.
 6. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap.
 C.  STRATEGI PERENCANAAN
     Pendekatan (strategi)  perencanaan pendidikan terkait erat dengan struktur penduduk. Ada empat pendekatan dalam perencanaan pendidikan, yaitu ; (1) pendekatan kebutuhan social (social demand approach), (2) pendekatan ketenaga-kerjaan (manpower approach), (3) pendekatan untung rugi (cost and benefit), (4) pendekatan cost eefectiveness, dan (5) pendekatan terpadu. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
 1. Pendekatan kebutuhan social (social demand approach)
Pendekatan model ini didasarkan atas keperluan masyarakat saat ini dan menitik beratkan pada pemerataan pendidikan seperti wajib belajar (wajar 9 tahun). Kekurangannya pendekatan model ini adalah; (1) mengabaikan alokasi dalam skala nasional, (2) mengabaikan kebutuhan perencanaan ketenagakerjaan, (3) cenderung hanya menjawab problem pemerataan dengan lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas pendidikan.
2. Pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
Pendekatan ini mengutamakan keterkaitan system pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Membengkaknya angka pengangguran misalnya menjadi pendorong untuk mempertemukan gape antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Upaya untuk hal ini misalnya diberlakukannya system link and match, magang, pendidikan profesi, pengembangan smk dsb.
 3. Pendekatan untung rugi (cost and benefit)
Dalam pendekatan ini dibuat perhitungan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk penyelengaraan pendidikan serta keuntungan yang akan siperoleh dari hasil pendidikan. Pendekatan ini melihat pendidikan sebagai upaya investasi yang harus memberikan keuntungan nyata pada saat nanti.
 4. Pendekatan cost efectiveness
Pendekatan ini menitikberatkan pada pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mencapai hasil pendidikan seoptimal mungkin, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pendidikan ini diadakan jika benar-benar memberikan keuntungan yang relative pasti. Seperti dibukannya program magister management, magister bisnis administrasi, kursus-kursus dsb.
5. Pendekatan terpadu
Yaitu dengan memadukan keempat pendekatan diatas sunaryo (2000)
       Dalam hemat kami, pendekatan terpadu dapat digunakan untuk menjembatani berbagai kepentingan akan tujuan output pendidikan. Apalagi dalam islam dikenal akan adanya dua kebutuhan duniawi dan ukhrowi sehingga pendekatan yang digunakan untuk pendidikan tentu semestinya mencakup kedua kebutuhan tersebut.
Dalam al-Qur’an kita dapat merujuk ayat yang menggambarkan pendekatan yang mestinya kita jadikan model pendekatan yang strategis dalam pendidikan islam yaitu; pendekatan untuk memenuhi kebutuhan tujuan jangka pendek dan kebutuhan tujuan jangka panjang.
Dalam QS. al-Furqan : 74 Allah berfirman ;
 “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Dalam  ayat tersebut menjelaskan tentang adanya 2 tujuan utama pendidikan islam, yaitu; menjadikan peserta didik atau murid  menjadi “qurrata a’yun” dan “imam’ bagi orang-orang yang bertaqwa.Tujuan yang pertama adalah tujuan jangka pendek dan yang kedua merupakan tujuan jangka panjang.
Indikator tercapainya tujuan jangka pendek “qurratu a’yun’ adalah adanya perubahan pada diri peserta didik / murid yang antara  lain perubahan pada ; (a) aqidah/pola pikir, (b) akhlakul karimah, (c) ketaatan beribadah, (d)  karakter dan disiplin dan (e)  Antusias dan motivasi belajar atau ta’li. Sedangkan tercapainya tujuan jangka panjang pendidikan adalah terbitnya generasi yang hadir ditengah kehidupan menjadi  “leader” imam, pemimpin yang  berperan sebagai inisiator perubahan dalam masyarakat, memiliki pengaruh dan menjadi motivator umat serta tampil sebagai problem solver atau penyelesai masalah.
D.  KESIMPULAN
       Dari berbagai pemaparan diatas dapat kita ambil kesimpulan dan poit penting antara lain ;
·    Perencanaan adalah sangat penting baik ditinjau dari sisi management maupun dari pandangan agama islam, mengingat adanya pesan nabi Muhammad saw. Dan ayat al-qur’an yang menekankan hal tersebut.
·    Diantara pengertian perencanaan adalah suatu  proses  menetapkan  tujuan,  mengembangkanBstrategi, dan menguraikan tugas dan jadwal untuk mencapai tujuan.
·    Diantara urgensi perencanaan adalah akan memberikan guideline (framework) untuk mencapai tujuan masa datang.
·    Ruang lingkup perencanaan mencakup berbagai demensi baik waktu, spasial, tingkatan dan teknis perencanaan.
·    Teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial
·    Pendekatan (strategi) yang dapat digunakan dalam perencanaan pendidian islam antara lain pendekatan kebutuhan social (social demand approach), pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach), pendekatan untung rugi (cost and benefit), pendekatan cost eefectiveness, dan pendekatan terpadu.
·    Pendekatan terpadu lebih utama diterapkan dalam perencanaan pendidikan islam mengingat adanya konsep islam yang mengajarkan pentingnya memenuhi kebutuhan yang bersifat duniawi dan ukhrawi.
E. PENUTUP
       Demikian makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi untuk pemahaman pengetahuan yang lebih mendalam akan pentingnya perencanaan. Segala ide, masukan serta kritik yang bersifat membangun amat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Walllahu a’lam.
REFERENSI :
1.Sagala,syaiful, 2007, Managemen Strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan; Alpabeta, Bandung.
2. Usman, Husaini, 2006, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan; Bumi Aksara, Jakarta.
3. Tim UPI, 2007, lmu dan aplikasi Pendidikan, Ilmu Pendidikan Praktis ; Intitama, Bandung.
4. Harjanto, 2008. Perencanaan pengajaran ; Rineka Cipta,Jakarta.

5. Kamarga, Hansaswany, Perencanaan pengajaran sejarah, presentasi ;Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar